Mencegah Kehancuran Indonesia Raya
Artikel berikut ini adalah murni provokasi untuk mencegah kehancuran Indonesia Raya dari pertarungan dua kekuatan terbesar di tanah air yang tercinta yakni antara pendukung penegakan keadilan terhadap tersangka "penistaan agama" yang mayoritas umat Islam dan pendukung liberalisme-humanisme-toleransi yang mempropagandakan Bhinneka Tunggal Ika (rally against racial and religious intolerance menurut berita internasional) setelah kurang berhasil dengan propaganda NKRI, persatuan dan Indonesia Damai. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, umat Islam adalah pecundang dalam setiap konflik politik skala nasional dan selalu kalah atau mengalah kepada prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Tidak ada satupun catatan sejarah Indonesia, dimana aspirasi umat Islam dapat dikatakan menang. Hal itu tidak lain tidak bukan disebabkan oleh karakter mayoritas umat Islam Indonesia yang moderat dalam artian takut terhadap kesulitan kehidupan duniawi. Sementara itu, mereka yang menegakkan Islam secara sungguh-sungguh lebih banyak yang terbunuh, dipenjara, atau terasingkan dengan berbagai label dari pemberontak, teroris, pelaku makar, hingga pelannggar ketertiban umum. Sudah mulai terasa provokasinya bukan?
Sementara itu para aktor dibalik propaganda Bhinneka Tunggal Ika tampak terlalu yakin bahwa strategi mengangkat pluralisme Indonesia dapat meredam gerakan yang dapat dilabelkan kepada satu golongan yakni Islam "radikal" yang seolah tidak toleran.
Sekarang marilah berpikir rasional dan memperhatikan dinamika sosial politik yang berkembang....
Indikasi adanya kekuatan politik yang besar yang berada di belakang aksi-aksi kelompok yang bersebrangan semakin jelas dan mengeras kepada pola-pola strategi lama berupa unjuk kekuatan dengan demonstrasi yang direspon oleh demonstrasi tandingan. Meskipun secara terbuka dinyatakan damai namun bagaikan api di dalam sekam, apabila pola-pola pengelompokkan demonstrasi lawan demonstrasi terus bergulir, maka konflik horisontal yang mengerikan berpotensi tidak terhindarkan. Elemen bangsa Indonesia yang terdidik, menengah ke atas mungkin telah siap-siap mengamankan asetnya seperti dalam berita hoax rush penarikan uang, sementara masyarakat wong cilik tidak berdaya bagaikan gerombolan yang memasuki perangkap konflik horisontal yang mengerikan.
Intel-intel kekuatan politik juga berkeliaran mencari tahu langkah-langkah lawan, dan beberapa melakukan kontak dengan intelijen resmi. Intel-intel kekuatan politik yang mayoritas berlatar belakang aktivis tersebut secara aktif menyebarluaskan berita-berita yang belum tentu benar tentang lawan politiknya. Terus bergulir di media sosial dalam berita-berita yang sulit dibuktikan kebenarannya. Pihak yang diserang di media sosial merasa difitnah dan tentu sakit hati dan marah, kemudian intelnya juga berhasil mengungkapkan siapa yang sedang bermain, terus-menerus diulangi seolah permainan yang mengasyikan tanpa sadar bahwa hal itu secara perlahan namun pasti dapat menggiring kepada situasi yang semakin panas. Dibalik bahasa-bahasa politik yang halus seolah bicara tentang kedamaian tentang Indonesia yang satu terdapat strategi-strategi mematahkan manuver lawan politik. Sayangnya apa yang ditempuh tersebut jelas membuat anak bangsa Indonesia menjadi saling berhadap-hadapan.
Akan saya ungkapkan beberapa provokasi yang akan menciptakan pusaran konflik yang semakin besar seperti website SEWORD yang diregister CV. JogjaCamp atas nama Aliffurahman Asyari berlokasi di Jakarta Kode Pos 11410 dan no kontak +62838528 78925 serta email sewordweb@gmail.com. Isi dari seword.com jelas secara serius memojokkan Presiden RI ke-6 SBY. Seword.com menampilkan dirinya sebagai pendukung hardcore cagub Jakarta tersangka "penistaan agama", padahal dampaknya justru sebaliknya yakni akan akan menggerogoti stabilitas pemerintahan Jokowi dengan memprovokasi lawan politik Presiden Jokowi. Website lainnya misalnya Infomenia yang menuduh Prabowo dan SBY berada dibalik Aksi Bela Islam. Disamping kedua webaite tersebut, tentunya juga ada sejumlah website dan blog yang mengangkat isu cagub tersangka "penista agama" dari sisi pembelaan dengan berbagai pola propaganda. Tidak terhitung puluhan atau bahkan ratusan akun twitter, facebook, dan berbagai peredaran informasi tidak jelas yang bernada konflik beredar ditengah-tengah masyarakat.
Sementara itu website utama yang mempromosikan Aksi Bela Islam jilid I sampai pada rencana jilid ke-3 pada 2 Desember nanti adalah FPI yang dapat dikatakan fokus kepada kasus cagub tersangka "penista agama". Tentunya dengan bahasa yang agamis, seruan-seruan FPI juga dapat diterjemahkan sebagai provokasi oleh pihak-pihak yang anti FPI. Disamping FPI, berita-berita mengenai kasus cagub tersangka "penista agama" tersebar luas di sebagian besar website Islam seperti Arrahmah, Hidayatullah, VoA Islam, dan lain-lain. Untuk pro-kontra di media sosial seperti twitter, facebook dll silahkan sahabat Blog I-I hitung sendiri karena jumlahnya yang terlalu besar. Akan lebih efektif bila menggunakan software khusus pemantau media sosial.
Lengkap sudah persiapan konflik horisontal sesama anak bangsa Indonesia, yakni dengan tahapan sebagai berikut:
Pertama, dunia cyber/internet, media sosial, group Whatsapp, termasuk media mainstream dll adalah tempat proses penghangatan dan pemanasan emosi dengan menggunakan susunan kata dan bahasa dari yang halus menghasut sampai kepada yang kasar, sinis, mengejek, menantang, menyerang, dan seterusnya. Para intel kekuatan politik secara rajin mengikuti dinamika di media sosial, termasuk polisi dan intelijen resmi juga rajin mengikuti perkembangan media sosial. Tanpa sadar semuanya termakan oleh pola propaganda dan susunan kalimat dan bahasa yang mengarah kepada keyakinan adanya pertarungan kekuatan politik yang mewarnai kasus cagub tersangka "penista agama". Keyakinan itu akan semakin kuat ketika realita aksi unjuk rasa terwujud yakni dalam bentuk Aksi Bela Islam dan Aksi Bhinneka Tunggal Ika. Persiapan benturan semakin matang karena respon pendukung cagub tersangka "penista agama" yang juga besar dan kuat sudah dapat diduga yakni dalam bentuk demonstrasi tandingan sebagaimana sering dilakukan oleh Pemerintah berkuasa di Indonesia sejak lama. Semuanya sudah masuk pada perangkap pemanasan situasi yang pada gilirannya meyakinan mayoritas umat Islam untuk bangkit dan fokus kepada penuntasan kasus cagub tersangka "penista agama". Pola-pola pengalihan isu, demonstrasi tandingan tidak akan efektif karena pokok persoalannya bukan pada masalah persatuan dan kesatuan serta penghargaan yang tinggi kepada pluralisme, melainkan hanya kepada penuntasan kasus hukum yang tegas.
Kedua, upaya-upaya meredam Aksi Bela Islam membenturkan dua konsep lama yang sensitif dan berbahaya yakni Islam VS Nasionalisme Indonesia. Hal ini jelas salah sasaran, karena umat Islam tidak menolak nasionalisme Indonesia, persatuan Indonesia, dan prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara. Apa yang kemudian terjadi justru meningkatkan rasa curiga bahwa kekuatan besar dibalik cagub tersangka "penista agama" sedang mendiskreditkan perjuangan aspirasi umat Islam. Tetapi bagi aktor intelektual yang mempersiapkan kejatuhan Presiden Jokowi, hal itu justru yang diharapkan adanya aksi dan reaksi yang semakin keras. Artinya semua telah berjalan sesuai skenario agar semakin banyak dan besar pihak-pihak yang berhadapan untuk muncul ke permukaan, sehingga operasi sabotase yang lebih serius dapat dijalankan dengan lebih mudah. Kembali kepada awal provokasi dalam artikel ini, eskploitasi marjinalisasi aspirasi Islam baik dalam konteks sejarah maupun realita saat ini akan semakin meyakinkan, sehingga provokasi umat dapat mulai dihembuskan secara lebih serius. Aktor inteletual upaya pemakzulan Pemerintah jelas tidak akan muncul ke permukaan dan sulit dibuktikan karena operasi yang dilakukan jelas operasi intelijen yang canggih. Siapakah aktor tersebut? Ingat aktor tersebut belum tentu lawan politik Jokowi, boleh jadi kekuatan asing yang tidak menghendaki Indonesia maju pesat dibawah kepemimpinan Jokowi. Bukankah semua bingung? siapa...siapa yang menggerakan sebuah skenario panjang menuju kehancuran Jokowi? Dalam teori covert action menggulingkan Pemerintahan yang sah dikenal pendekatan Puppet Master dimana boneka-boneka merasa menjalankan sesuai kesadarannya, padahal mereka digerakkan oleh kekuatan misterius yang sulit dimengerti. Dengan kata lain, sebagian besar para pihak yang saat ini bergerak aktif memanaskan atau berupaya mendinginkan situasi, pada hakikatnya menjadi bagian dari boneka sang Pupper Master. Seorang ahli yang mampu membaca gerak sosial, ekonomi dan politik akan dengan mudah melihat kecenderungan aksi dan reaksi dari suatu peristiwa. Apa yang diperlukan hanya pengungkit masalah dari satu titik ke titik berikutnya akan sebuah skenario dapat berjalan sempurna. Indonesia belum mampu mengatasi hal ini karena kesadaran masyarakatnya yang relatif rendah. Perhatikan bagaimana konflik antar "preman" dapat berkembang menjadi konflik etnis di Sampit, perhatikan bagaimana Poso terbakar, perhatikan bagaimana Ambon meledak, semuanya berawal dari masalah kecil bukan?
Ketiga, kronologi peristiwa sangat penting dalam memahami apa yang sedang terjadi belakangan ini:
- 21 September 2016 - Pernyataan kontroversial pertama cagub tersangka "penista agama"
- 27 September 2016 - Pernyataan kontroversial kedua cagub tersangka "penista agama"
- 05 Oktober 2016 - Video rekaman pidato cagub tersangka "penista agama" tersebar di medsos
- 06 Oktober 2016 - Video rekaman menjadi semakin viral meluas
- 06 Oktober 2016 - Ormas Islam dan MUI Sumsel melaporkan kasus "penistaan agama"
- 10 Oktober 2016 - Permintaan maaf "tanpa merasa bersalah" dari sang cagub
- 14 Oktober 2016 - Demonstrasi Aksi Bela Islam I, ricuh sedikit dan berlangsung damai
- 24 Oktober 2016 - Sang cagub tersangka "penista agama" klarifikasi ke Bareskrim Polri
- 04 November 2016 - Aksi Bela Islam II, berlangsung damai, diwarnai kerusuhan kecil malam hari
- 06 November 2016 - Beredar rencana Aksi Bela Islam III tanggal 25 November 2016
- 07 November 2016 - Sang cagub diperiksa Polisi
- 15 November 2016 - Gelar Perkara kasus "penistaan agama"
- 16 November 2016 - Penetapan tersangka "penista agama" kepada sang cagub berinisial BTP
- 16 November 2016 - Pencekalan kepada tersangka "penista agama"
- 16 November 2016 - Kontroversi baru Wawancara tersangka "penista agama" dengan ABC Net
- 18 November 2016 - Pengumuman rencana Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember 2016
- 19 November 2016 - Aksi Parade Bhinneka Tunggal Ika
- ......dan seterusnya akan terus bergulir berbagai pertunjukan boneka-boneka yang tidak sadar
Secara paralel terjadi kronologi lain yang menggambarkan situasi sosial politik nasional Indonesia:
- 24 Oktober 2016 - cagub tersangka "penista agama" menghadap Presiden sebelum ke Bareskrim
- 31 Oktober 2106 - Presiden Jokowi bertemu Prabowo di Hambalang
- 01 November 2016 - Pertemuan Presiden Jokowi dengan MUI, NU, dan Muhammadiyah
- 01 November 2016 - Pertemuan Presiden RI ke-6 SBY dengan Wiranto dan Wapres JK
- 02 November 2016 - Pidato Presiden RI ke-6, SBY
- 07 November 2016 - Pengarahan Presiden Jokowi kepada prajurit TNI AD
- 07 November 2016 - Presiden Jokowi kunjungi Kantor Pusat PBNU
- 08 November 2016 - Presiden Jokowi kunjungi Kantor PP Muhammadiyah
- 08 November 2016 - Presiden Jokowi sampaikan dengan tegas tidak akan intervensi kasus Sdr. BTP
- 10 November 2016 - Presiden Jokowi safari militer ke markas Kopassus disertai pengarahan
- 10 November 2016 - Silaturahim Presiden - Ulama Pimpinan Ponpes Banten & Jawa Barat
- 11 November 2016 - Pengarahan Presiden Jokowi kepada Pasukan Brimob - harap tdk ada demo
- 11 November 2016 - Pengarahan Presiden kepada Prajurit Marinir
- 14 November 2016 - Isu rush money mulai berhembus tanpa kejelasan sumber menjadi viral
- 15 November 2016 - Pengarahan Presiden kepada Prajurit Korpaskhas
- 16 November 2016 - Safari militer Presiden Jokowi ke Markas Kostrad
- 17 November 2016 - Presiden Jokowi kembali bertemu Prabowo di Istana Negara
- 18 November 2016 - Isu rush money direspon secara lebih serius oleh Polisi
- ......dan seterusnya akan terus bergulir aksi-reaksi dari berbagai pergerakan sosial politik dan penegakan hukum
Kronologi peristiwa-peristiwa tersebut cukup sempurna dalam memuluskan rencana "makar" terhadap Presiden Jokowi yang akan berpotensi untuk dapat efektif terjadi pada 2017. Mengapa saya katakan sempurna? Karena dinamika aksi reaksi dari para pihak yang berbeda pandangan telah semakin tajam dalam ketidakpercayaan satu dengan lainnya dan pemanfaatan kasus "penistaan agama" menjadi sangat efektif. Berikut ini syarat efektifitas sebuah penciptaan konflik horisontal untuk menggulingkan pemerintahan yang sah yang juga terjadi di banyak negara di dunia:
1. Adanya kasus pengungkit baik kecil maupun besar
2. Harus ada pihak-pihak yang berhadap-hadapan secara keras berbeda prinsip dan kepentingan
3. Pemerintah didorong untuk "panik" dan memperlihatkan kekuatan dengan polisi dan militer
4. Ketidakpastian informasi seperti dalam kasus rush money, kerusuhan, aktor penunggang, dll
5. Penajaman situasi saling curiga dari para pihak yang berbeda pandangan
6. Kelambatan proses hukum karena perdebatan yang berkepanjangan akibat pengaruh politik
7. Pengujian strategi dan penentuan momentum mana yang tidak akan terbendung karena efek panik
8. Eksekusi efek domino yang dilanjutkan dengan peredaan situasi setelah tujuan makar tercapai
Keempat, disadari atau tidak kita semua masuk dalam perangkap situasional yang sulit dipulihkan apabila pihak-pihak yang berbeda pandangan tidak segera menghentikan langkah-langkah ofensif dan defensif dalam melindungi kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok. Dalam situasi tersebut, sangat mudah bagi seorang agent of influence atau influencers mengembangkan propaganda-propaganda yang dipandang baik namun sesungguhnya tetap berada di dalam cengkeraman sang Puppet Master. Semakin gencar sebuah pola propaganda baik yang intinya ingin memenjarakan cagub tersangka "penista agama" ataupun yang ingin mendorong pembebasan cagub tersangka "penista agama" semuanya berada dalam ruang permainan Master Puppet yang dapat dipastikan telah menyebarkan agen-agennya di kedua kubu tersebut. Aksi-reaksi....aksi-reaksi...aksi-reaksi yang diulang-ulang adalah proses pematangan kepada suatu ledakan yang sulit terbendung bagaikan gelombang tsunami. Harapan pemerintah tentunya kepada kelompok pembela Islam agar memberikan kesempatan kepada Polisi, Kejaksaan, dan Pengadilan untuk menjalankan tugasnya. Namun sayangnya cagub tersangka "penista agama" tetap memberikan sinyal-sinyal untuk melanjutkan proses pematangan konflik dengan pancingan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, sehingga kelompok Pembela Islam menjadi yakin untuk meneruskan rencana aksi demosntrasi lanjutan bahkan sampai tahun 2017 sekalipun. Hal itu sudah diperhitungan masak oleh sang Puppet Master, yakni karakter tersangka "penista agama" yang ceplas-ceplos kadang eskplosif dalam memberikan pernyataan sangat cocok sebagai faktor pengungkit yang efektif. Di samping itu, juga telah diperhitungkan secara matang tentang dukungan kekuatan politik dan finansial dari tersangka termasuk rahasia-rahasia yang dipegang tersangka yang merupakan kartu sakti agar dirinya tetap dibela mati-matian. Lingkaran proses konflik dapat dikatakan sempurna dari kacamata strategi sabotase negara.
Kelima, bagaimana dengan gerakan yang murni menginginkan Indonesia yang damai? Situasi damai, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemajuan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah harapan semua orang. Namun realita hidup manusia harus terus berhadapan dengan kejahatan, keserakahan, kecurangan, dan berbagai hal yang merupakan lawan dari situasi damai. Ketika Polisi banyak yang ditarik ke Jakarta, berapa persen peningkatan kejahatan dan kelambatan penanganan kejahatan di daerah-daerah yang meningkat? Begal motor, pencurian, perampokan, pembunuhan kerap terjadi manakala kesempatan terbuka dan aparatur keamanan lengah atau tidak berada di tempat. Pada level yang lebih besar, kejahatan politik merupakan keniscayaan yang tidak dapat diabaikan karena akan tetap mengintai ketika Pemerintah lengah. Hal ini merupakan faktor lain yang akan dimainkan pada tahapan berikutnya, yaitu peningkatan kriminalitas yang berdampak kepada rasa tidak aman rakyat secara luas. Benar bahwa mayoritas bangsa Indonesia lebih memilih kedamaian daripada konflik. Namun jangan lupa bahwa kedamaian bukan sesuatu yang harus diterima secara sepihak, melainkan suatu keadaan karena semua pihak mau menerima kondisi obyektif yang sedang berjalan. Kasus "penistaan agama" telah memasuki ruang konflik yang tajam, terlepas dari benar dan salah dan kepentingan politik, perbedaan pandangan terhadap kasus tersebut jangan dibiarkan masuk ke dalam wilayah konflik terbuka karena hal ini merupakan salah satu momentum awal dari kejatuhan Presiden Jokowi.
8 syarat efektifitas penciptaan konflik horisontal sudah hampir sempurna yakni sambil menunggu proses hukum (cepat atau lambat), akan diikuti terus oleh pemeliharaan momentum melalui aksi-aksi lanjutan baik Aksi Bela Islam maupun Bhinneka Tunggal Ika (karena para pelaku masih belum sadar berada di dalam skenario Puppet Master). Isu-isu senada dengan rush money akan muncul lagi bahkan akan lebih dahsyat menjelang akhir tahun. Pengujian strategi spiralling seperti pusaran air akan terus diterapkan guna meningkatkan relevansi skenario hingga puncak momentumnya ketemu. Hal ini bila tidak dicegah akan melahirkan panik massa yang sulit dikendalikan, dan penurunan pasukan Polisi Brimob dan Tentara besar-besaran justru menjadi justifikasi bahwa perangkap ini berjalan sempurna. Pada saat eksekusi, akan bergerak konsolidasi-konsolidasi persiapan yang memastikan bahwa proses sudah cukup untuk menjungkalkan penguasa dan dikembalikan kepada konstitusi, dan seterusnya dan seterusnya, bisa diambil alih Wakil Presiden, atau desakan Pemilu dipercepat atau proses di Parlemen Senayan.
Situasi dan kondisi yang belum dapat diperkirakan adalah sejauh mana situasi kacau yang akan terjadi tersebut diskenariokan oleh sang Puppet Master. Apakah cukup seperti tahun 1997-1998 ataukah lebih besar lagi. Kelemahan skenario ini dibandingkan situasi 1998 adalah tidak adanya dukungan internasional berupa tekanan ekonomi yang luar biasa. Artinya biaya yang akan dikeluarkan juga sangat besar, karena stabilitas ekonomi telah dan akan mengurangi volume tekanan masyarakat yang teseret arus perputaran informasi terkait kasus "penistaan agama". Artinya kalangan mapan, menengah ke atas tidak akan bergerak karena kepentingan mereka terlalu kecil untuk mendukung kejatuhan Presiden Jokowi.
Pada bagian akhir ini Blog I-I ingin menyampaikan perkiraan perkembangan situasi ke depan dan saran sbb:
Demikian untuk menjadi perhatian.
Senopati Wirang
Sementara itu para aktor dibalik propaganda Bhinneka Tunggal Ika tampak terlalu yakin bahwa strategi mengangkat pluralisme Indonesia dapat meredam gerakan yang dapat dilabelkan kepada satu golongan yakni Islam "radikal" yang seolah tidak toleran.
Sekarang marilah berpikir rasional dan memperhatikan dinamika sosial politik yang berkembang....
Indikasi adanya kekuatan politik yang besar yang berada di belakang aksi-aksi kelompok yang bersebrangan semakin jelas dan mengeras kepada pola-pola strategi lama berupa unjuk kekuatan dengan demonstrasi yang direspon oleh demonstrasi tandingan. Meskipun secara terbuka dinyatakan damai namun bagaikan api di dalam sekam, apabila pola-pola pengelompokkan demonstrasi lawan demonstrasi terus bergulir, maka konflik horisontal yang mengerikan berpotensi tidak terhindarkan. Elemen bangsa Indonesia yang terdidik, menengah ke atas mungkin telah siap-siap mengamankan asetnya seperti dalam berita hoax rush penarikan uang, sementara masyarakat wong cilik tidak berdaya bagaikan gerombolan yang memasuki perangkap konflik horisontal yang mengerikan.
Intel-intel kekuatan politik juga berkeliaran mencari tahu langkah-langkah lawan, dan beberapa melakukan kontak dengan intelijen resmi. Intel-intel kekuatan politik yang mayoritas berlatar belakang aktivis tersebut secara aktif menyebarluaskan berita-berita yang belum tentu benar tentang lawan politiknya. Terus bergulir di media sosial dalam berita-berita yang sulit dibuktikan kebenarannya. Pihak yang diserang di media sosial merasa difitnah dan tentu sakit hati dan marah, kemudian intelnya juga berhasil mengungkapkan siapa yang sedang bermain, terus-menerus diulangi seolah permainan yang mengasyikan tanpa sadar bahwa hal itu secara perlahan namun pasti dapat menggiring kepada situasi yang semakin panas. Dibalik bahasa-bahasa politik yang halus seolah bicara tentang kedamaian tentang Indonesia yang satu terdapat strategi-strategi mematahkan manuver lawan politik. Sayangnya apa yang ditempuh tersebut jelas membuat anak bangsa Indonesia menjadi saling berhadap-hadapan.
Akan saya ungkapkan beberapa provokasi yang akan menciptakan pusaran konflik yang semakin besar seperti website SEWORD yang diregister CV. JogjaCamp atas nama Aliffurahman Asyari berlokasi di Jakarta Kode Pos 11410 dan no kontak +62838528 78925 serta email sewordweb@gmail.com. Isi dari seword.com jelas secara serius memojokkan Presiden RI ke-6 SBY. Seword.com menampilkan dirinya sebagai pendukung hardcore cagub Jakarta tersangka "penistaan agama", padahal dampaknya justru sebaliknya yakni akan akan menggerogoti stabilitas pemerintahan Jokowi dengan memprovokasi lawan politik Presiden Jokowi. Website lainnya misalnya Infomenia yang menuduh Prabowo dan SBY berada dibalik Aksi Bela Islam. Disamping kedua webaite tersebut, tentunya juga ada sejumlah website dan blog yang mengangkat isu cagub tersangka "penista agama" dari sisi pembelaan dengan berbagai pola propaganda. Tidak terhitung puluhan atau bahkan ratusan akun twitter, facebook, dan berbagai peredaran informasi tidak jelas yang bernada konflik beredar ditengah-tengah masyarakat.
Sementara itu website utama yang mempromosikan Aksi Bela Islam jilid I sampai pada rencana jilid ke-3 pada 2 Desember nanti adalah FPI yang dapat dikatakan fokus kepada kasus cagub tersangka "penista agama". Tentunya dengan bahasa yang agamis, seruan-seruan FPI juga dapat diterjemahkan sebagai provokasi oleh pihak-pihak yang anti FPI. Disamping FPI, berita-berita mengenai kasus cagub tersangka "penista agama" tersebar luas di sebagian besar website Islam seperti Arrahmah, Hidayatullah, VoA Islam, dan lain-lain. Untuk pro-kontra di media sosial seperti twitter, facebook dll silahkan sahabat Blog I-I hitung sendiri karena jumlahnya yang terlalu besar. Akan lebih efektif bila menggunakan software khusus pemantau media sosial.
Lengkap sudah persiapan konflik horisontal sesama anak bangsa Indonesia, yakni dengan tahapan sebagai berikut:
Pertama, dunia cyber/internet, media sosial, group Whatsapp, termasuk media mainstream dll adalah tempat proses penghangatan dan pemanasan emosi dengan menggunakan susunan kata dan bahasa dari yang halus menghasut sampai kepada yang kasar, sinis, mengejek, menantang, menyerang, dan seterusnya. Para intel kekuatan politik secara rajin mengikuti dinamika di media sosial, termasuk polisi dan intelijen resmi juga rajin mengikuti perkembangan media sosial. Tanpa sadar semuanya termakan oleh pola propaganda dan susunan kalimat dan bahasa yang mengarah kepada keyakinan adanya pertarungan kekuatan politik yang mewarnai kasus cagub tersangka "penista agama". Keyakinan itu akan semakin kuat ketika realita aksi unjuk rasa terwujud yakni dalam bentuk Aksi Bela Islam dan Aksi Bhinneka Tunggal Ika. Persiapan benturan semakin matang karena respon pendukung cagub tersangka "penista agama" yang juga besar dan kuat sudah dapat diduga yakni dalam bentuk demonstrasi tandingan sebagaimana sering dilakukan oleh Pemerintah berkuasa di Indonesia sejak lama. Semuanya sudah masuk pada perangkap pemanasan situasi yang pada gilirannya meyakinan mayoritas umat Islam untuk bangkit dan fokus kepada penuntasan kasus cagub tersangka "penista agama". Pola-pola pengalihan isu, demonstrasi tandingan tidak akan efektif karena pokok persoalannya bukan pada masalah persatuan dan kesatuan serta penghargaan yang tinggi kepada pluralisme, melainkan hanya kepada penuntasan kasus hukum yang tegas.
Kedua, upaya-upaya meredam Aksi Bela Islam membenturkan dua konsep lama yang sensitif dan berbahaya yakni Islam VS Nasionalisme Indonesia. Hal ini jelas salah sasaran, karena umat Islam tidak menolak nasionalisme Indonesia, persatuan Indonesia, dan prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara. Apa yang kemudian terjadi justru meningkatkan rasa curiga bahwa kekuatan besar dibalik cagub tersangka "penista agama" sedang mendiskreditkan perjuangan aspirasi umat Islam. Tetapi bagi aktor intelektual yang mempersiapkan kejatuhan Presiden Jokowi, hal itu justru yang diharapkan adanya aksi dan reaksi yang semakin keras. Artinya semua telah berjalan sesuai skenario agar semakin banyak dan besar pihak-pihak yang berhadapan untuk muncul ke permukaan, sehingga operasi sabotase yang lebih serius dapat dijalankan dengan lebih mudah. Kembali kepada awal provokasi dalam artikel ini, eskploitasi marjinalisasi aspirasi Islam baik dalam konteks sejarah maupun realita saat ini akan semakin meyakinkan, sehingga provokasi umat dapat mulai dihembuskan secara lebih serius. Aktor inteletual upaya pemakzulan Pemerintah jelas tidak akan muncul ke permukaan dan sulit dibuktikan karena operasi yang dilakukan jelas operasi intelijen yang canggih. Siapakah aktor tersebut? Ingat aktor tersebut belum tentu lawan politik Jokowi, boleh jadi kekuatan asing yang tidak menghendaki Indonesia maju pesat dibawah kepemimpinan Jokowi. Bukankah semua bingung? siapa...siapa yang menggerakan sebuah skenario panjang menuju kehancuran Jokowi? Dalam teori covert action menggulingkan Pemerintahan yang sah dikenal pendekatan Puppet Master dimana boneka-boneka merasa menjalankan sesuai kesadarannya, padahal mereka digerakkan oleh kekuatan misterius yang sulit dimengerti. Dengan kata lain, sebagian besar para pihak yang saat ini bergerak aktif memanaskan atau berupaya mendinginkan situasi, pada hakikatnya menjadi bagian dari boneka sang Pupper Master. Seorang ahli yang mampu membaca gerak sosial, ekonomi dan politik akan dengan mudah melihat kecenderungan aksi dan reaksi dari suatu peristiwa. Apa yang diperlukan hanya pengungkit masalah dari satu titik ke titik berikutnya akan sebuah skenario dapat berjalan sempurna. Indonesia belum mampu mengatasi hal ini karena kesadaran masyarakatnya yang relatif rendah. Perhatikan bagaimana konflik antar "preman" dapat berkembang menjadi konflik etnis di Sampit, perhatikan bagaimana Poso terbakar, perhatikan bagaimana Ambon meledak, semuanya berawal dari masalah kecil bukan?
Ketiga, kronologi peristiwa sangat penting dalam memahami apa yang sedang terjadi belakangan ini:
- 21 September 2016 - Pernyataan kontroversial pertama cagub tersangka "penista agama"
- 27 September 2016 - Pernyataan kontroversial kedua cagub tersangka "penista agama"
- 05 Oktober 2016 - Video rekaman pidato cagub tersangka "penista agama" tersebar di medsos
- 06 Oktober 2016 - Video rekaman menjadi semakin viral meluas
- 06 Oktober 2016 - Ormas Islam dan MUI Sumsel melaporkan kasus "penistaan agama"
- 10 Oktober 2016 - Permintaan maaf "tanpa merasa bersalah" dari sang cagub
- 14 Oktober 2016 - Demonstrasi Aksi Bela Islam I, ricuh sedikit dan berlangsung damai
- 24 Oktober 2016 - Sang cagub tersangka "penista agama" klarifikasi ke Bareskrim Polri
- 04 November 2016 - Aksi Bela Islam II, berlangsung damai, diwarnai kerusuhan kecil malam hari
- 06 November 2016 - Beredar rencana Aksi Bela Islam III tanggal 25 November 2016
- 07 November 2016 - Sang cagub diperiksa Polisi
- 15 November 2016 - Gelar Perkara kasus "penistaan agama"
- 16 November 2016 - Penetapan tersangka "penista agama" kepada sang cagub berinisial BTP
- 16 November 2016 - Pencekalan kepada tersangka "penista agama"
- 16 November 2016 - Kontroversi baru Wawancara tersangka "penista agama" dengan ABC Net
- 18 November 2016 - Pengumuman rencana Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember 2016
- 19 November 2016 - Aksi Parade Bhinneka Tunggal Ika
- ......dan seterusnya akan terus bergulir berbagai pertunjukan boneka-boneka yang tidak sadar
Secara paralel terjadi kronologi lain yang menggambarkan situasi sosial politik nasional Indonesia:
- 24 Oktober 2016 - cagub tersangka "penista agama" menghadap Presiden sebelum ke Bareskrim
- 31 Oktober 2106 - Presiden Jokowi bertemu Prabowo di Hambalang
- 01 November 2016 - Pertemuan Presiden Jokowi dengan MUI, NU, dan Muhammadiyah
- 01 November 2016 - Pertemuan Presiden RI ke-6 SBY dengan Wiranto dan Wapres JK
- 02 November 2016 - Pidato Presiden RI ke-6, SBY
- 07 November 2016 - Pengarahan Presiden Jokowi kepada prajurit TNI AD
- 07 November 2016 - Presiden Jokowi kunjungi Kantor Pusat PBNU
- 08 November 2016 - Presiden Jokowi kunjungi Kantor PP Muhammadiyah
- 08 November 2016 - Presiden Jokowi sampaikan dengan tegas tidak akan intervensi kasus Sdr. BTP
- 10 November 2016 - Presiden Jokowi safari militer ke markas Kopassus disertai pengarahan
- 10 November 2016 - Silaturahim Presiden - Ulama Pimpinan Ponpes Banten & Jawa Barat
- 11 November 2016 - Pengarahan Presiden Jokowi kepada Pasukan Brimob - harap tdk ada demo
- 11 November 2016 - Pengarahan Presiden kepada Prajurit Marinir
- 14 November 2016 - Isu rush money mulai berhembus tanpa kejelasan sumber menjadi viral
- 15 November 2016 - Pengarahan Presiden kepada Prajurit Korpaskhas
- 16 November 2016 - Safari militer Presiden Jokowi ke Markas Kostrad
- 17 November 2016 - Presiden Jokowi kembali bertemu Prabowo di Istana Negara
- 18 November 2016 - Isu rush money direspon secara lebih serius oleh Polisi
- ......dan seterusnya akan terus bergulir aksi-reaksi dari berbagai pergerakan sosial politik dan penegakan hukum
Kronologi peristiwa-peristiwa tersebut cukup sempurna dalam memuluskan rencana "makar" terhadap Presiden Jokowi yang akan berpotensi untuk dapat efektif terjadi pada 2017. Mengapa saya katakan sempurna? Karena dinamika aksi reaksi dari para pihak yang berbeda pandangan telah semakin tajam dalam ketidakpercayaan satu dengan lainnya dan pemanfaatan kasus "penistaan agama" menjadi sangat efektif. Berikut ini syarat efektifitas sebuah penciptaan konflik horisontal untuk menggulingkan pemerintahan yang sah yang juga terjadi di banyak negara di dunia:
1. Adanya kasus pengungkit baik kecil maupun besar
2. Harus ada pihak-pihak yang berhadap-hadapan secara keras berbeda prinsip dan kepentingan
3. Pemerintah didorong untuk "panik" dan memperlihatkan kekuatan dengan polisi dan militer
4. Ketidakpastian informasi seperti dalam kasus rush money, kerusuhan, aktor penunggang, dll
5. Penajaman situasi saling curiga dari para pihak yang berbeda pandangan
6. Kelambatan proses hukum karena perdebatan yang berkepanjangan akibat pengaruh politik
7. Pengujian strategi dan penentuan momentum mana yang tidak akan terbendung karena efek panik
8. Eksekusi efek domino yang dilanjutkan dengan peredaan situasi setelah tujuan makar tercapai
Keempat, disadari atau tidak kita semua masuk dalam perangkap situasional yang sulit dipulihkan apabila pihak-pihak yang berbeda pandangan tidak segera menghentikan langkah-langkah ofensif dan defensif dalam melindungi kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok. Dalam situasi tersebut, sangat mudah bagi seorang agent of influence atau influencers mengembangkan propaganda-propaganda yang dipandang baik namun sesungguhnya tetap berada di dalam cengkeraman sang Puppet Master. Semakin gencar sebuah pola propaganda baik yang intinya ingin memenjarakan cagub tersangka "penista agama" ataupun yang ingin mendorong pembebasan cagub tersangka "penista agama" semuanya berada dalam ruang permainan Master Puppet yang dapat dipastikan telah menyebarkan agen-agennya di kedua kubu tersebut. Aksi-reaksi....aksi-reaksi...aksi-reaksi yang diulang-ulang adalah proses pematangan kepada suatu ledakan yang sulit terbendung bagaikan gelombang tsunami. Harapan pemerintah tentunya kepada kelompok pembela Islam agar memberikan kesempatan kepada Polisi, Kejaksaan, dan Pengadilan untuk menjalankan tugasnya. Namun sayangnya cagub tersangka "penista agama" tetap memberikan sinyal-sinyal untuk melanjutkan proses pematangan konflik dengan pancingan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, sehingga kelompok Pembela Islam menjadi yakin untuk meneruskan rencana aksi demosntrasi lanjutan bahkan sampai tahun 2017 sekalipun. Hal itu sudah diperhitungan masak oleh sang Puppet Master, yakni karakter tersangka "penista agama" yang ceplas-ceplos kadang eskplosif dalam memberikan pernyataan sangat cocok sebagai faktor pengungkit yang efektif. Di samping itu, juga telah diperhitungkan secara matang tentang dukungan kekuatan politik dan finansial dari tersangka termasuk rahasia-rahasia yang dipegang tersangka yang merupakan kartu sakti agar dirinya tetap dibela mati-matian. Lingkaran proses konflik dapat dikatakan sempurna dari kacamata strategi sabotase negara.
Kelima, bagaimana dengan gerakan yang murni menginginkan Indonesia yang damai? Situasi damai, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemajuan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah harapan semua orang. Namun realita hidup manusia harus terus berhadapan dengan kejahatan, keserakahan, kecurangan, dan berbagai hal yang merupakan lawan dari situasi damai. Ketika Polisi banyak yang ditarik ke Jakarta, berapa persen peningkatan kejahatan dan kelambatan penanganan kejahatan di daerah-daerah yang meningkat? Begal motor, pencurian, perampokan, pembunuhan kerap terjadi manakala kesempatan terbuka dan aparatur keamanan lengah atau tidak berada di tempat. Pada level yang lebih besar, kejahatan politik merupakan keniscayaan yang tidak dapat diabaikan karena akan tetap mengintai ketika Pemerintah lengah. Hal ini merupakan faktor lain yang akan dimainkan pada tahapan berikutnya, yaitu peningkatan kriminalitas yang berdampak kepada rasa tidak aman rakyat secara luas. Benar bahwa mayoritas bangsa Indonesia lebih memilih kedamaian daripada konflik. Namun jangan lupa bahwa kedamaian bukan sesuatu yang harus diterima secara sepihak, melainkan suatu keadaan karena semua pihak mau menerima kondisi obyektif yang sedang berjalan. Kasus "penistaan agama" telah memasuki ruang konflik yang tajam, terlepas dari benar dan salah dan kepentingan politik, perbedaan pandangan terhadap kasus tersebut jangan dibiarkan masuk ke dalam wilayah konflik terbuka karena hal ini merupakan salah satu momentum awal dari kejatuhan Presiden Jokowi.
8 syarat efektifitas penciptaan konflik horisontal sudah hampir sempurna yakni sambil menunggu proses hukum (cepat atau lambat), akan diikuti terus oleh pemeliharaan momentum melalui aksi-aksi lanjutan baik Aksi Bela Islam maupun Bhinneka Tunggal Ika (karena para pelaku masih belum sadar berada di dalam skenario Puppet Master). Isu-isu senada dengan rush money akan muncul lagi bahkan akan lebih dahsyat menjelang akhir tahun. Pengujian strategi spiralling seperti pusaran air akan terus diterapkan guna meningkatkan relevansi skenario hingga puncak momentumnya ketemu. Hal ini bila tidak dicegah akan melahirkan panik massa yang sulit dikendalikan, dan penurunan pasukan Polisi Brimob dan Tentara besar-besaran justru menjadi justifikasi bahwa perangkap ini berjalan sempurna. Pada saat eksekusi, akan bergerak konsolidasi-konsolidasi persiapan yang memastikan bahwa proses sudah cukup untuk menjungkalkan penguasa dan dikembalikan kepada konstitusi, dan seterusnya dan seterusnya, bisa diambil alih Wakil Presiden, atau desakan Pemilu dipercepat atau proses di Parlemen Senayan.
Situasi dan kondisi yang belum dapat diperkirakan adalah sejauh mana situasi kacau yang akan terjadi tersebut diskenariokan oleh sang Puppet Master. Apakah cukup seperti tahun 1997-1998 ataukah lebih besar lagi. Kelemahan skenario ini dibandingkan situasi 1998 adalah tidak adanya dukungan internasional berupa tekanan ekonomi yang luar biasa. Artinya biaya yang akan dikeluarkan juga sangat besar, karena stabilitas ekonomi telah dan akan mengurangi volume tekanan masyarakat yang teseret arus perputaran informasi terkait kasus "penistaan agama". Artinya kalangan mapan, menengah ke atas tidak akan bergerak karena kepentingan mereka terlalu kecil untuk mendukung kejatuhan Presiden Jokowi.
Dinamika Kasus Penistaan Agama |
Pada bagian akhir ini Blog I-I ingin menyampaikan perkiraan perkembangan situasi ke depan dan saran sbb:
- Cagub tersangka "penista agama" akan 100% gagal dalam Pilkada DKI Jakarta pada 15 Februari 2017. Kegagalan tersebut dapat berjalan secara damai maupun kacau dan rusuh tergantung kepada beberapa faktor seperti keadilan, independensi dan transparansi proses hukum. Selain itu juga akan dipengaruhi sikap tersangka dan para pendukungnya, sikap para pelapor dan mereka yang terlibat dalam Aksi Bela Islam, serta dinamika politik nasional. Harapan dari pihak-pihak yang melihat kesempatan "makar" adalah kacau baik dengan proses aksi-reaksi demo dan tandingan demo, maupun pancingan-pancingan lain yang mengarah kepada konflik yang lebih keras. Kemungkinan besar tersangka "penista agama" akan terus menerus dipancing emosinya dengan berbagai cara agar kerap mengulangi sikap kontroversialnya, hal ini sudah cukup untuk memelihara situasi sosial politik yang panas.
- Kegagalan cagub tersangka "penista agama" berarti juga kekalahan politik bagi partai penguasa khususnya Presiden Jokowi. Namun demikian situasi dan kondisi politik ibukota akan segera kembali stabil paska Pilkada DKI Jakarta dengan gubernur baru yang mana dua pasangan yang maju dapat diterjemahkan sebagai "oposisi" dalam konteks Jakarta. Sesungguhnya hal ini sangat lumrah dan biasa dan bukan sesuatu yang luar biasa karena sangat tergantung pada dinamika di masyarakat dalam melihat calon pemimpinnya. Mengenai dampaknya menuju tahun 2019, masih terlalu jauh untuk dianalisa. Tantangan menjadi gubernur DKI Jakarta tidak mudah, apalagi misalnya dalam periode 2017-2019 diharapkan sudah berprestasi luar biasa, sungguh tidak mudah. Artinya penguasaan politik di Jakarta bukan jaminan untuk melenggang di tahun 2019 dalam Pilpres.
- Semakin kuat "perlawanan" cagub tersangka "penista agama" dengan memanfaatkan berbagai cara dan sumber daya serta daya tekan dengan sejumlah kartu rahasia yang dimilikinya, akan semakin kuat pula desakan untuk memenjarakan sang tersangka. Hal ini akan semakin kurang sehat karena kuat-kuatan dan situasi berhadap-hadapan merupakan harapan dari pihak-pihak yang melihat kesempatan makar.
- Isu-isu provokatif senada dengan rush money akan terus dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab guna memelihara ketegangan situasi, atau bahkan mendorong tersebarnya perasaan kurang aman di masyarakat.
- Hampir seluruhnya dari 8 syarat konflik horisontal penggulingan pemerintahan yang sah telah bergulir, sehingga tanpa upaya pencegahan yang tepat maka hampir dapat dipastikan skenario "makar" dapat dieksekusi.
- Saran untuk pencegahan bahaya terhadap keamanan nasional diawali oleh sikap Presiden Jokowi agar mengikhlaskan kekalahan politik di Jakarta sebagai pengorbanan untuk kepentingan nasional yang lebih besar, yakni menyelesaikan mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia sampai tahun 2019.
- Saran berikutnya untuk para pihak yang terlibat langsung dengan proses hukum penistaan agama, khususnya tersangka, pelapor, saksi, dan aparat hukum agar tidak mengeluarkan pernyataan kontroversial yang semakin memanaskan situasi. Akan lebih baik untuk konsentrasi penyelesaian kasus secara tuntas hingga ke pengadilan dan mendapatkan keputusan tetap dari hakim tentang perkara "penistaan agama".
- Saran kepada wesbite, blog, akun media sosial untuk menghentikan penyebaran fitnah, berita bohong, provokasi, dll untuk mengurangi emosi pihak-pihak yang berbeda pandangan.
- Kepada FPI dan kelompok Propaganda Bhinneka Tunggal Ika agar tidak lagi melakukan kegiatan turun ke jalanan baik dalam bentuk demonstrasi maupun sekedar unjuk kekuatan guna menghindari perangkap skenario makar yang menghendaki adanya polarisasi yang lebih besar dari kasus "penistaan agama". Semakin sepi demonstrasi dan konsentrasi pada penuntasan kasus hukum, maka pihak-pihak yang mencari kesempatan makar akan kehilangan peluangnya.
- Untuk memotong rantai skenario "makar", sudah waktunya bagi Presiden Jokowi untuk merangkul kelompok yang paling keras dalam menyuarakan tuntutan keadilan terhadap tersangka "penistaan agama". Rangkulan ini mungkin akan kontroversial dan sulit mengubah sikap FPI dan kawan-kawan, namun setidaknya membangun rasa saling percaya yang lebih baik.
- Kepada Intelijen resmi, kerja....kerja....dan kerja dan telitilah dalam melaporkan informasi kembali kepada prinsip dasar nilai informasi baik pada kebenaran isi substansi informasi maupun kepada tingkat kepercayaan sumber informasi, biasakan untuk cek dan cek ulang serta cek ke pihak lain. Hati-hati dengan musuh dalam selimut yang sudah berkali-kali membocorkan rahasia dalam rangka menggerogoti kewibawaan Intelijen dan menjatuhkan pimpinan intelijen. Untuk atasi masalah ini lakukan pembatasan akses informasi sensitif berdasarkan otoritas/wewenang, sehingga sumber kebocoran dapat cepat terungkap. Bila perlu lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Handphone unsur pimpinan dari eselon 1 hingga 3 dan anggota yang hadir dalam rapat tertutup, termasuk asisten sorot. Sudah waktunya Intelijen menerapkan wilayah steril alat komunikasi di dalam lingkungan intelijen dan pengecekan rutin kepada anggotanya sendiri dan utamanya juga mereka yang dipercaya sebagai staf cabutan dari luar lingkungan intelijen. Penghianat adalah tetap penghianat, tiada ruang dan ampunan bagi mereka dan harus dipecat apabila terungkap dengan bukti.
Demikian untuk menjadi perhatian.
Senopati Wirang
Komentar
Posting Komentar