Selamat Jalan Letjen TNI (Purn) Moetojib

Tulisan pendek ini khusus sebagai penghormatan komunitas Blog I-I kepada mantan Kepala BAKIN Letjen Moetojib era transisi reformasi (1996-1998) yang telah meninggalkan kita pada menghadap Yang Maha Kuasa pada 7 Oktober 2015 sekitar pukul 10 pagi. Sebagian komunitas dan simpatisan Blog I-I ada yang langsung meluncur ke rumah duka di Taman Kedoya Baru, sebagian lagi mendo'akan dari jauh.

Sosok Letjen Moetojib mungkin banyak yang tidak diketahui oleh masyarakat Indonesia, bahkan dikalangan intelijen senior sekalipun tidak dikenal sebagai seorang Master Spy sebagaimana layaknya orang nomor satu di BAKIN yang sangat disegani. Namun bila kita luangkan sedikit waktu kita mengenal sososk beliau, kita akan menyaksikan betapa jarang Jenderal era Orde Baru yang berani secara tegas menyampaikan pendapat tentang politik nasional kepada Presiden Suharto.

Masa kepemimpinan Letjen Moetojib yang singkat yakni 2 tahun periode akhir Pemerintahan Orde Baru memiliki arti yang sangat penting bagi bergulirnya reformasi di Indonesia. Pada masa-masa akhir Orde Baru, kita telah menyaksikan aksi-aksi mahasiswa dan rakyat secara bergelombang menuntut reformasi. Kita juga melihat catatan sejarah krisis ekonomi dan tumbangnya Pemerintahan Suharto yang juga diwarnai oleh sejumlah insiden berdarah sebagai akibat dari kerusuhan massa. Pada masa itu, keputusan dan strategi pimpinan lembaga-lembaga yang mengurusi keamanan nasional sangatlah penting. Baik Panglima TNI, Pangdam, Kapolri, Kapolda, Kepala BAKIN, maupun Kepala BAIS TNI, semuanya memikul tanggung jawab yang berat dalam mengawal perjalanan sejarah bangsa Indonesia. 

Letjen Moetojib adalah sedikit di antara pucuk pimpinan lembaga keamanan yang mengambil posisi membela demokrasi dalam peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh juli di jalan Diponegoro 58. Untuk pertamakalinya dalam sejarah Orde Baru, BAKIN tidak mengerahkan operasi terkait politik kekuasaan karena menurut informasi yang ada dalam komunitas Blog I-I, orang BAKIN saat itu diperintahkan oleh Letjen Moetojib untuk waspada dalam melaksanakan tugas dan profesional dengan hanya melakukan pengamatan dan analisa keadaan serta perkiraan keadaan yang semuanya boleh dikatakan tepat. Biasanya pada era Orde Baru, seluruh otak rekayasa melanggengkan kekuasaan Orde Baru dilakukan oleh mereka yang berada di BAKIN dan Kopkamtib.

Warisan terbesar Letjen Moetojib kepada dunia intelijen Indonesia adalah membatasi keterlibatan intelijen dalam persaingan/kompetisi politik baik yang merupakan konflik internal partai maupun yang merupakan persaingan antar partai politik. Warisan tersebut tidak ternilai harganya dan telah tertanam baik di benak insan intelijen Indonesia untuk mengambil posisi netral dalam setiap persaingan partai politik menuju kursi kekuasaan di Indonesia. 

Meskipun mungkin ada pihak yang menilai periode 1996-1998 diwarnai banyak kegagalan karena terjadinya kerusuhan dan rontoknya kekuasaan Presiden Suharto, namun hal itu dapat dipastikan bukan kegagalan intelijen, melainkan kegagalan kebijakan atau pengambilan langkah-langkah strategis Pemerintah dalam menyikapi dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang mengarah pada keruntuhan suatu rezim. Namun bila kita lihat secara utuh, keseluruhan cerita reformasi adalah BERHASIL, dimana minimalisasi korban dapat ditempuh dengan pengunduran diri Presiden Suharto. Hal ini harus kita hormati, karena pada saat itu potensi untuk terjadinya perang saudara sangat besar. Kebesaran hati para tokoh nasional dan pimpinan lembaga keamanan, termasuk komandan-komandan pasukan juga patut kita hargai.

Akhir kata, selamat jalan Jenderal....kami juga akan menyusul pada saatnya nanti.

Salam Intelijen
Senopati Wirang

Komentar

Postingan Populer