Khittah Blog Intelijen Indonesia
Sejumlah sesepuh, senior, sahabat dan intelijen resmi jaringan Blog I-I mengingatkan Blog I-I agar memperhatikan Khittah Blog I-I yang bersih dari politik kekuasaan. Hal ini tidak terlepas dari masih tingginya pengaruh politik kekuasaan ke dalam dunia intelijen Indonesia yang sangat merusak profesionalisme kerja intelijen. Apabila Blog I-I diingatkan untuk tidak menyentuh dinamika politik, maka Blog I-I juga ingin menyarankan kepada para sesepuh, senior, sahabat dan intelijen resmi untuk mengingatkan pimpinan intelijen resmi agar sungguh-sungguh NETRAL dalam menyikapi pelaksanaan pemilu baik pilkada maupun pemilu nasional nanti pada 2019. Apabila intelijen resmi tidak NETRAL, maka Blog I-I tidak segan-segan untuk memberikan peringatan keras dan melaporkannya kepada Komisi Pengawas Intelijen di DPR-RI.
Mulai miringnya intelijen, khususnya BIN tidak terlepas dari masuknya elemen politik ke dalam dunia intelijen, sebut saja misalnya perilaku Boni Hargens yang menjadi "congor" kekuatan tertentu bahkan agak aneh karena tiba-tiba membela BIN dari kritik Presiden RI ke-6 SBY. Kesimpulan sementara dari sikap aneh Boni Hargens tersebut merujuk kepada kebocoran munculnya nama Boni Hargens dalam Tim Pemenangan Ahok oleh BIN yang belakangan dinyatakan sebagai Hoax. Silahkan sahabat Blog I-I terjemahkan sendiri apakah informasi tersebut benar atau salah dari tindak-tanduk Boni Hargens yang semakin aneh dengan menyerang Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin melalui simbol-simbol yang mengarah kepada upaya mendiskreditkan Ketua MUI baru-baru ini dan menuai kecaman.
Sehubungan dengan beberapa artikel Blog I-I yang "bernuansa analisa politik" dalam kasus calon gubernur tersangka "penista agama" dan potensi makar, maka izinkan Blog I-I menjelaskan sedikit latar belakangnya.
Diangkatnya kasus calon gubernur tersangka penista agama terkait erat dengan indikasi adanya potensi gerakan makar terhadap Pemerintahan Jokowi-JK yang perlu disikapi secara strategis melalui pengungkapan strategi perencana makar kepada publik agar kewaspadaan nasional Indonesia meningkat. Hal itu juga sekaligus memberikan rasa tentram kepada mayoritas umat Islam Indonesia yang merasakan adanya "ketidakadilan" dan upaya intervensi politik membela pelaku penistaan agama. Berbeda dengan pendekatan negara-negara demokratis di Barat yang berbasiskan kepada etika protestan atau peradaban Yahudi-Kristen yang mempersempit ruang gerak umat Islam, Indonesia meskipun bukan negara Islam tdak dapat menempuh cara-cara kebijakan demokrasi liberal ala Barat dengan mengabaikan "perasaan" dan keyakinan mayoritas umat Islam. Terlebih dengan derasnya seruan-seruan kelompok liberal tentang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, penghapusan penodaan agama, dan pengutamaan prinsip demokrasi diatas ajaran dan syariat agama, Blog I-I justru melihat potensi benturan yang lebih besar dapat terjadi seandainya aspirasi umat Islam diabaikan oleh penguasa atau kekuatan-kekuatan politik nasional Indonesia.
Latar belakang lain adalah tersebarnya informasi tentang pembentukan Tim Pemenangan Ahok oleh BIN yang kemudian dibantah oleh BIN, serta kebocoran arahan Kepala BIN dalam rapat Kominpus yang kemudian juga dibantah oleh BIN. Latar belakang ini ditambah lagi dengan perilaku Boni Hargens yang sudah bergaya "Intel celebrity". Peristiwa-peristiwa kerusakan yang menimpa lembaga intelijen tertinggi Indonesia tersebut mengindikasikan adanya "masalah" serius di tubuh intelijen. Terlepas dari benar tidaknya informasi yang tersebar dari dua kasus kebocoran tersebut, indikasi politiknya teramat kuat sehingga Blog I-I merasa terpanggil untuk memberikan pandangan terkait masalah kasus penistaan agama, Netralitas Intelijen dalam pemilu, dan potensi makar. Kinerja BIN yang sangat kedodoran dalam menjaga rahasia dan kekecewaan Presiden Jokowi terhadap laporan dan analisa intelijen yang disampaikan langsung kepada jaringan Blog I-I juga menjadi faktor penguat Blog I-I untuk menurunkan artikel yang bernuansa politik. Selain itu, sahabat Blog I-I tentunya dapat membaca sejauh mana pengaruh Blog I-I dalam membimbing keputusan kebijakan keamanan nasional dalam menyikapi demonstrasi Aksi Bela Islam I, II, dan III.
Khittah atau garis besar perjuangan Blog I-I adalah mendorong terciptanya Intelijen Indonesia yang berkarakter merah-putih, cerdas, profesional, tangguh, berani menyatakan kebenaran, bebas dari kepentingan pertarungan politik kekuasaan dan pro-rakyat.
Terkait dengan pro-kontra artikel Blog I-I yang bernuansa politik, mohon kiranya dibaca ulang secara hati-hati dan diperhatikan bahwa artikel-artikel Blog I-I semata-mata hanya menyampaikan indikasi-indikasi berdasarkan fakta yang kemudian dianalisa. Bahwa hasilnya mungkin kurang menyenangkan penguasa saat ini, perlu ditegaskan bahwa kebenaran dan akurasi analisa tidak dapat dipoles untuk menyenangkan hati penguasa dan Blog I-I akan bertahan dengan menyampaikan kebenaran-kebenaran walaupun terasa pahit.
Demikian, mohon maaf kepada para sesepuh dan intelijen resmi Indonesia sekiranya masih ada hal-hal yang kurang berkenan.
Salam Intelijen
SW
Mulai miringnya intelijen, khususnya BIN tidak terlepas dari masuknya elemen politik ke dalam dunia intelijen, sebut saja misalnya perilaku Boni Hargens yang menjadi "congor" kekuatan tertentu bahkan agak aneh karena tiba-tiba membela BIN dari kritik Presiden RI ke-6 SBY. Kesimpulan sementara dari sikap aneh Boni Hargens tersebut merujuk kepada kebocoran munculnya nama Boni Hargens dalam Tim Pemenangan Ahok oleh BIN yang belakangan dinyatakan sebagai Hoax. Silahkan sahabat Blog I-I terjemahkan sendiri apakah informasi tersebut benar atau salah dari tindak-tanduk Boni Hargens yang semakin aneh dengan menyerang Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin melalui simbol-simbol yang mengarah kepada upaya mendiskreditkan Ketua MUI baru-baru ini dan menuai kecaman.
Sehubungan dengan beberapa artikel Blog I-I yang "bernuansa analisa politik" dalam kasus calon gubernur tersangka "penista agama" dan potensi makar, maka izinkan Blog I-I menjelaskan sedikit latar belakangnya.
Diangkatnya kasus calon gubernur tersangka penista agama terkait erat dengan indikasi adanya potensi gerakan makar terhadap Pemerintahan Jokowi-JK yang perlu disikapi secara strategis melalui pengungkapan strategi perencana makar kepada publik agar kewaspadaan nasional Indonesia meningkat. Hal itu juga sekaligus memberikan rasa tentram kepada mayoritas umat Islam Indonesia yang merasakan adanya "ketidakadilan" dan upaya intervensi politik membela pelaku penistaan agama. Berbeda dengan pendekatan negara-negara demokratis di Barat yang berbasiskan kepada etika protestan atau peradaban Yahudi-Kristen yang mempersempit ruang gerak umat Islam, Indonesia meskipun bukan negara Islam tdak dapat menempuh cara-cara kebijakan demokrasi liberal ala Barat dengan mengabaikan "perasaan" dan keyakinan mayoritas umat Islam. Terlebih dengan derasnya seruan-seruan kelompok liberal tentang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, penghapusan penodaan agama, dan pengutamaan prinsip demokrasi diatas ajaran dan syariat agama, Blog I-I justru melihat potensi benturan yang lebih besar dapat terjadi seandainya aspirasi umat Islam diabaikan oleh penguasa atau kekuatan-kekuatan politik nasional Indonesia.
Latar belakang lain adalah tersebarnya informasi tentang pembentukan Tim Pemenangan Ahok oleh BIN yang kemudian dibantah oleh BIN, serta kebocoran arahan Kepala BIN dalam rapat Kominpus yang kemudian juga dibantah oleh BIN. Latar belakang ini ditambah lagi dengan perilaku Boni Hargens yang sudah bergaya "Intel celebrity". Peristiwa-peristiwa kerusakan yang menimpa lembaga intelijen tertinggi Indonesia tersebut mengindikasikan adanya "masalah" serius di tubuh intelijen. Terlepas dari benar tidaknya informasi yang tersebar dari dua kasus kebocoran tersebut, indikasi politiknya teramat kuat sehingga Blog I-I merasa terpanggil untuk memberikan pandangan terkait masalah kasus penistaan agama, Netralitas Intelijen dalam pemilu, dan potensi makar. Kinerja BIN yang sangat kedodoran dalam menjaga rahasia dan kekecewaan Presiden Jokowi terhadap laporan dan analisa intelijen yang disampaikan langsung kepada jaringan Blog I-I juga menjadi faktor penguat Blog I-I untuk menurunkan artikel yang bernuansa politik. Selain itu, sahabat Blog I-I tentunya dapat membaca sejauh mana pengaruh Blog I-I dalam membimbing keputusan kebijakan keamanan nasional dalam menyikapi demonstrasi Aksi Bela Islam I, II, dan III.
Khittah atau garis besar perjuangan Blog I-I adalah mendorong terciptanya Intelijen Indonesia yang berkarakter merah-putih, cerdas, profesional, tangguh, berani menyatakan kebenaran, bebas dari kepentingan pertarungan politik kekuasaan dan pro-rakyat.
Terkait dengan pro-kontra artikel Blog I-I yang bernuansa politik, mohon kiranya dibaca ulang secara hati-hati dan diperhatikan bahwa artikel-artikel Blog I-I semata-mata hanya menyampaikan indikasi-indikasi berdasarkan fakta yang kemudian dianalisa. Bahwa hasilnya mungkin kurang menyenangkan penguasa saat ini, perlu ditegaskan bahwa kebenaran dan akurasi analisa tidak dapat dipoles untuk menyenangkan hati penguasa dan Blog I-I akan bertahan dengan menyampaikan kebenaran-kebenaran walaupun terasa pahit.
Demikian, mohon maaf kepada para sesepuh dan intelijen resmi Indonesia sekiranya masih ada hal-hal yang kurang berkenan.
Salam Intelijen
SW
Komentar
Posting Komentar