The return of Blog Intelijen Indonesia (Blog I-I)

Vakum selama kurang lebih empat bulan bagi Blog I-I adalah waktu yang sangat singkat dalam dinamika keamanan nasional Indonesia yang masih memerlukan kehadiran diskusi, perdebatan, dan analisa yang baik demi rakyat Indonesia. Namun waktu empat bulan juga cukup lama apabila dalam periode tersebut terjadi kejutan-kejutan keamanan nasional yang membahayakan. Alhamdulillah, puji Tuhan situasi dan kondisi keamanan nasional Indonesia relatif stabil, aman, dan terkendali.

Artikel ini adalah yang pertama setelah proses panjang kepada berbagai pihak yang berwenang untuk memulihkan kembali eksistensi Blog I-I. Tidak perlu dijelaskan secara detail mengapa terjadi dan siapa-siapa saja yang terlibat, namun hal ini cukup menjadi pembelajaran bagi kita bersama untuk senantiasa mengutamakan kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan, membiasakan kedewasaan dalam menerima kritik, tetap profesional dalam bidang masing-masing, serta menjauhi fitnah dan perilaku korup. Namun yang pasti, Blog I-I menghadapi lawan tangguh yang brillian justru dari agen  organik BIN yang tidak pernah diduga sebelumnya, tersembunyi, dan dapat dipastikan tidak akan mengakui pekerjaannya. Blog I-I pun tidak sanggup mengetahui identitas sesungguhnya dari sang agen tersebut. Untuk itulah rasa hormat yang setinggi-tingginya perlu disampaikan oleh segenap komunitas Blog I-I untuk mengakui kehebatan agen-agen BIN yang bekerja dalam kesunyian yang bahkan tidak diketahui oleh jajaran pimpinan BIN.


Kembalinya Blog I-I secara online tidak terlepas dari dukungan para pihak baik di lingkaran Istana maupun Senayan serta permohonan ma'af yang tulus kepada keluarga besar BIN. Jangan berharap untuk dapat membongkar jaringan Blog I-I dan siapa-siapa saja yang mendukung Blog I-I karena pekerjaan intel harus dapat dipastikan tertutup dengan baik. Bila ada pihak-pihak yang penasaran mencari tahu, Blog I-I dapat memastikan tidak akan pernah terungkap, karena inilah esensi atau hakikat dari jaring intelijen. Selain itu, tentunya juga kesepakatan dan komitmen seluruh komunitas Blog I-I untuk tidak mengulangi kekeliruan dan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia dalam meningkatkan kewaspadaan nasional terhadap ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang semakin kompleks.

Isu-isu yang berada di wilayah internal organisasi intelijen Indonesia merupakan tanggung-jawab dari pimpinan intelijen dan Blog I-I berkomitmen tidak akan menyentuhnya lagi. Oleh karena itu, kepada seluruh jaringan Blog I-I yang bekerja untuk lembaga intelijen agar memperhatikan hal ini. Apabila anda yang bekerja di dalam lembaga intelijen melihat perilaku-perilaku yang merusak organisasi baik korupsi, kolusi, nepotisme, kesewenang-wenangan, tidak profesional, penyimpangan, konflik sipil-militer, dan berbagai kerusakan lainnya, berjuanglah di dalam organisasi untuk membawa perubahan yang lebih baik.

Meskipun komitmen Blog I-I tersebut demikian kuat, namun Blog I-I sesuai kesepakatan tetap diberikan ruang untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan intelijen yang membahayakan keamanan nasional atau merusak organisasi intelijen, misalnya kritik keras terhadap kebijakan rekrutmen 1000 agen BIN dari PNS, Militer, dan Polisi sebagaimana telah dianalisa Blog I-I. Singkatnya analisa strategis Blog I-I melihat sejumlah persoalan besar yang akan dihadapi oleh BIN apabila tetap ngotot melanjutkan rekrutmen tersebut. Untuk hal ini, mohon kiranya kepada para pimpinan intelijen untuk tidak berkuping tipis dalam membaca analisa-analisa Blog I-I.

Tanpa disadari pengaruh Blog I-I sedemikian besarnya ke dalam hati dan sanubari para intel aktif baik sipil maupun militer. Hal itu tidak terlepas dari misi Blog I-I mendorong peningkatan kualitas dan membangun kebanggaan profesi intelijen, mendekatkan realita dan fantasi intelijen, serta memotivasi disiplin yang tinggi untuk kemajuan Republik Indonesia dengan cipta kondisi rasa aman bagi rakyat Indonesia. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jaringan Blog I-I yang senantiasa berbagi informasi untuk kemajuan Intelijen Indonesia.

Senopati Wirang sebagaimana dijelaskan dalam tulisan singkat Siapa Senopati Wirang?, Identitas Senopati Wirang, serta Senopati Wirang seorang pengecut pada hakikatnya adalah anda semua yang rajin mengunjungi dan membaca Blog Intelijen Indonesia. Bahwa saya menuliskannya secara online merupakan cerminan atau refleksi dari kegelisahan siapapun insan intelijen yang merasakan adanya suatu cita-cita ideal yang sangat jauh dari kenyataan. Setelah melalui proses introspeksi yang cukup panjang serta mendengarkan wejangan dari para senior sesepuh intelijen, maka sosok Senopati Wirang tersebut perlu saya jelaskan kembali disini.

Nama Senopati Wirang dalam sejarah Indonesia pertama kali dicetuskan oleh Blog I-I bukan berdasarkan pada sejarah Tata Negara Kerajaan di Jawa, melainkan dari gabungan dua kata yakni Senopati diambil dari Jalan Senopati dimana Kantor BAKIN pernah berada, dan Wirang dalam bahasa Jawa berarti malu atau membuat malu, atau menanggung malu. Belakangan sosok Senopati Wirang tersebut juga dibajak oleh sebagian kalangan pendukung Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam beberapa artikel dan media sosial. Posisi Senopati dalam susunan tata pemerintahan kerajaan di Jawa baik era Majapahit hingga Mataram sesungguhnya merupakan posisi selevel dengan Jenderal Bintang satu (Brigadir Jenderal), yakni hanya Kepala Pasukan Tentara Kerajaan atau setingkat Brigade yang mengkomandoi sekitar 3000-5000 pasukan. Seandainya pendukung Sdr. Prabowo mengerti sejarah dan kepangkatan militer tentunya tidak akan membajak nama Senopati Wirang dan melabelkannya kepada Sdr. Prabowo. Meskipun demikian istilah Senopati sejak era Mataram Baru juga digunakan untuk penyebutan Panglima tertinggi Tentara Kerajaan kepada Raja Mataram dengan istilah Sénopati-Ing-Ngalågå, namun tidak berdiri sendiri dalam kata Senopati.

Istilah yang lebih sering atau tepat digunakan dalam khasanah sastra atau sejarah Jawa adalah Satriya, Ksatria, atau Satria yang kemudian sering digabungkan dengan kata Wirang (malu) atau dengan kata Piningit (memingit diri, bersembunyi). Namun kedua istilah tersebut baik Satria Wirang maupun Satria Piningit identik dengan kompetisi, perang, atau pertarungan politik dimana dalam cerita-cerita kuno digambarkan Satria Piningit akan keluar sebagai pemenang, sedangkan Satria Wirang adalah pihak yang kalah.

Singkat kata, ketika Blog I-I mencetuskan nama sandi (code name) Senopati Wirang tidak terkait dengan istilah-istilah dalam sejarah, sastra maupun pertarungan politik nasional. Senopati Wirang adalah penyegar ingatan komunitas intelijen Indonesia baik didikan Pusdikintel TNI, Pusintelstrat Cilendek, Diklat BAKIN, Unit Pelaksana Operasi No..., Kamar...,  Sandi..., Tim..., dan lain-lain tentang mimpi dan idealisme intelijen yang bekerja keras dalam senyap untuk Republik Indonesia untuk rakyat Indonesia. Intelijen baik sipil maupun militer dalam sejarah Indonesia hampir selalu dinomorduakan dalam pilihan operasi, diabaikan dalam karir dan kesejahteraannya, bahkan dihina dicaci maki masyarakat karena ketidaktahuan. Sebagai contoh operasi intelijen dengan sandi Komodo di Timor Timur adalah kunci sukses integrasi Timor Timur disamping operasi militer Seroja. Namun dalam mengelola Timor Timur, pimpinan militer dan politik sangat minimal dalam menggunakan intelijen untuk penggalangan dengan memenangkan hati dan pikiran rakyat Timor Timur yang merupakan saudara. Kemudian juga lengah menghadapi intelijen asing yang bermain. Tim Intelijen yang bermain di Timor Timur baik Mawar maupun Melati lebih bersifat taktis dan Intel Combat, sementara Intel Counterinsurgency boleh dikatakan tidak dilakukan secara efektif dalam mengedepankan proses integrasi yang lebih alamiah dan manusiawi disertai keikhlasan.

Terlalu banyak untuk disebutkan kekeliruan pemerintah dan pemimpin di negeri ini dalam memperlakukan intelijen. Belum lagi soal sipil militer dan persaingan pejabat-pejabat tinggi intelijen dalam mencapai kekuasaan, misalnya contoh paling jelas dalam sejarah adalah persaingan Ali Moertopo dan Benny Moerdani yang berdampak kepada melemahnya BAKIN selama periode 1980-1990an yang menyebabkan BAKIN terpuruk dan berpuncak pada akhir 1998 dengan jatuhnya Presiden Suharto. Analisa ini tampak sederhana, namun sahabat Blog I-I dapat menanyakan langsung kepada para saksi sejarah mantan Intel baik sipil dan militer yang masih hidup tentang bagaimana melorotnya kinerja BAKIN ketika Leonardus Benjamin Moerdani berkuasa.

Untuk mimpi idealisme intelijen Indonesia yang modern, profesional, berkinerja tinggi, serta beretika dalam memperjuangkan kepentingan nasional dan memperhatikan jerit tangis rakyat Indonesialah, sosok Senopati Wirang lahir. Senopati Wirang lahir dengan membawa cacat nama wirang karena merupakan refleksi komunitas intelijen yang berada dalam kegamangan profesi dan kehilangan kepercayaan diri. Berulang kali, Senopati Wirang mengingatkan seluruh komunitas intelijen untuk kembali kepada hakikat profesi intelijen yang bebas politik, profesional, dan selalu antisipatif terhadap perubahan, namun keluhan demi keluhan dan sikap kurang disiplin sampai kepada Blog I-I justru dari dalam komunitas intelijen. Sedih....sungguh sedih, namun janganlah kita menyerah dengan keadaan, mulailah berubah dari diri kita masing-masing. Bila sahabat Blog I-I perhatikan, Blog I-I juga mengalami naik turun dan berevolusi dalam semangat mendorong kemajuan Intelijen Indonesia baik dengan motivasi maupun pil pahit kenyataan.

Blog I-I akan meneruskan nama sandi Senopati Wirang sebagai pengingat pil pahit kepada siapapun yang berpotensi merusak Intelijen Indonesia. Namun hari ini, sehari setelah Presiden Jokowi menyampaikan Surat Permohonan Pertimbangan Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Badan Intelijen Negara tertanggal 1 September 2016, Blog I-I melahirkan nama sandi baru Dharma Bhakti sebagai pengingat bahwa profesi intelijen di Indonesia memegang prinsip kewajiban disiplin dalam pengabdian kepada Republik Indonesia dan rakyat Indonesia.

Akhir kata, peribahasa tiada ada gading yang tak retak sangatlah tepat dalam menggambarkan perjalanan berliku-liku Blog I-I selama belasan tahun ini. Semoga peribahasa sepandai-pandai tupai meloncat akhirnya jatuh juga tidak berlaku bagi Blog I-I.

Salam Intelijen
Dharma Bhakti

Komentar

Postingan Populer