Skenario Penghancuran Islam: Bukan Teori Konspirasi
Artikel berikut ini lebih mengarah kepada analisa dari data-data yang dikumpulkan jaringan Blog I-I sejak isu terorisme "Islam" mengemuka yang ditandai dengan peristiwa 9/11 tahun 2001. Untuk dapat dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia khususnya Umat Islam, artikel ini sengaja dikemas tidak dalam bahasa yang berat dengan terminologi ataupun teori-teori sosial. Demikian juga dengan data-data pendukung sengaja menghindari detil informasi maupun referensi khususnya informasi rahasia. Sehingga sahabat Blog I-I yang membaca artikel ini, mohon lebih teliti dan silahkan melakukan riset sebagai cross check, sekiranya analisa Blog I-I kurang tepat.
Dunia sosial politik patut diakui sebagai dunia yang penuh tipu daya. Terlepas apakah tujuan-tujuan politik tersebut ideal, mulia, pragmatis, kepentingan, atau jahat sekalipun, demikianlah adanya dunia sejak manusia berhubungan berkumpul bersosialisasi berorganisasi dan bernegara. Tipu daya disini merupakan suatu siasat atau dalam bahasa yang lebih positif disebut strategi. Untuk memahami suatu strategi, hal yang paling penting untuk segera dilihat adalah tujuan akhirnya.
Apabila kita melihat ke Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara dalam konteks terorisme kita akan menemukan sejumlah gerakan atau organisasi yang memperoleh label teroris. Kita akan menemukan puluhan organisasi yang sering disebut-sebut baik oleh Media Massa maupun oleh Negara sebagai organisasi teroris. Dahulu Al Qaeda (AQ) dianggap sebagai pusat dan menjadi inspirasi bagi sebagian besar kelompok teroris internasional dan tercipta sejumlah kelompok afiliasi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Paska kematian pemimpin AQ, Osama bin Laden, pengaruh AQ meredup dan tiba-tiba kelompok yang menamakan dirinya Islamic State (IS) di wilayah Irak dan Suriah mengemuka dan menjadi inspirasi bagi berbagai kelompok di dunia termasuk di Indonesia. Mengapa AQ dan IS begitu berpengaruh kepada pergerakan di dunia Islam yang bersemangat dalam menegakkan negara Islam? Selain pengaruh propaganda dan jaringan internasional, terjadi kesama ide, ideologi, dan metode mencapai tujuan. Sebagaimana hukum alam, yang kuat dapat mempengaruhi yang lemah. Dengan melihat kekuatan AQ dan IS, kelompok-kelompok Islam garis keras yang lemah di berbagai negara seperti mendapatkan energi baru dan panutan dalam berjuang.
Setelah memahami kuatnya daya tarik dan pengaruh dari AQ dan IS, tentunya kita perlu memahami konteks mengapa kedua organisasi tersebut dapat lahir dan tumbuh berkembang dalam skala melewati batas negara. Dari sisi ideologi baik AQ maupun IS membawa nama Islam Sunni yang dalam perjalanannya berupaya mempengaruhi dunia Islam Sunni agar mendukung atau berbaiat kepada mereka. Untuk dapat mempengaruhi dunia Islam Sunni, kita dapat memperhatikan bahwa apa-apa yang disampaikan oleh pimpinan AQ dan IS mencakup isu-isu yang cukup luas dari ketidakadilan terhadap umat Islam, kewajiban menegakkan agama Allah SWT, perjuangan jihad, amaliyah lainnya, hingga sikap bermusuhan terhadap orang-orang kafir. Artinya bukan eksklusif tentang bagaimana mati dalam perang suci, Syahid. Pesan yang disampaikan AQ dan IS cukup komprehensif dan membawa nama dan simbol-simbol Islam.
Setelah memahami daya tarik AQ dan IS tersebut, hal selanjutnya yang perlu kita perdalam adalah kepada konteks perjuangan AQ dan IS, apakah sungguh-sungguh demi kemuliaan Islam dan penegakkan Syariah Islam, ataukah kekuasaan politik yang dibatasi oleh wilayah perjuangan.
Pertama mari kita perhatikan AQ. Meskipun pengaruh AQ setidaknya terdeteksi di sekitar 16 negara di dunia, namun pusatnya berada di Afghanistan-Pakistan yang para pengamat ahli menyebutnya sebagai AQ Core atau AQ Central. Dari pusat AQ tersebutlah sejumlah fatwa dan organisasi serangan teror dikabarkan bersumber, termasuk serangan bom Bali 2002. Konteks perjuangan AQ pada awalnya bukan perjuangan global membela dunia Islam, melainkan berawal dari Sudan (1991-1998) pembentukan jaringan awal Timur Tengah-Afrika Utara dengan target Anti Barat/Amerika. Pada tahun 2001, cikal bakal AQ pimpinan Osama bin Laden bergeser ke Afghanistan dan bergabung dengan perjuangan kelompok Taliban yang memberikan perlindungan. Taliban merupakan kelompok gerakan politik yang besar di Afghanistan dan pernah berkuasa pada tahun 1996-2001 di Afghanistan. Namun kemudian kalah karena serangan AS dan Inggris dan kemudian berubah menjadi kelompok gerilya melawan pemerintah Afghanistan bentukan AS dan Inggris. Konteks perjuangan AQ Core yang bersinergi dengan Taliban dapat dikatakan berada dalam konteks perjuangan menegakkan pemerintahan Taliban yang mengusung Syariat Islam yang sangat ketat. Namun karena AQ Core sejak awal memiliki jaringan internasional, maka tekanan kepada AS dan sekutunya dapat dilakukan di luar wilayah Afghanistan dalam bentuk aksi-aksi serangan teror. Posisi AQ juga bergeser-geser di wilayah Afghanistan dan Pakistan.
Sekarang kita perhatikan IS yang saat ini disebut-sebut mampu menarik jihadis dari berbagai negara yang mencapai jumlah lebih dari 20000 orang. Pada dasarnya IS merupakan kelanjutan dari AQ di Irak yang banyak dimotori oleh mantan intelijen dan pasukan Irak pro Saddam Hussein yang merupakan kelompok Sunni. Irak paska Saddam Hussein dimulai pada tahun 2003 setelah AS dan sekutunya menggulingkan Pemerintahan Partai Ba'ath pimpinan Saddam Hussein dengan serangan militer. Negara Irak saat ini adalah berdasarkan konstitusi 2005 yang merupakan pengalihan kekuasaan dari pendudukan AS kepada bangsa Irak. Terjadi perpecahan dalam masyarakat Irak dimana sekitar 1/5 penduduk Irak menolak konstitusi, dan diperkirakan khususnya di wilayah dimana saat ini IS berkuasa mayoritas adalah masyarakat Islam Sunni yang menolak konstitusi tersebut, sehingga dapat menjadi dukungan publik kepada IS. Tidaklah mengherankan apabila IS dapat secara efektif berfungsi sebagai "negara", karena selain strukturnya dipegang oleh mereka yang pernah berpengalaman dalam ketatanegaraan, setidaknya ada dukungan dari sebagian populasi di Irak. Perang saudara yang terjadi di Suriah yang memecah belah bangsa Suriah ke dalam kelompok pro dan anti Pemerintah Rejim Assad juga memperluas pengaruh IS karena adanya kesamaan kepentingan yang dipersatukan dengan sikap anti Syiah. Konteks perjuangan IS adalah lokal, namun karena kekuataan nyata berupa pasukan, penduduk, finansial, dan sumber daya lainnya tampak menjanjikan sebagai model negara Islam. Hal inilah yang kemudian diperbesar dalam propaganda internasional melalui berbagai media untuk menarik perhatian umat Islam di seluruh dunia. Dengan menjanjikan sebuah kehidupan yang murni Islami dibawah hukum Islam, umat Islam di berbagai negara yang kurang paham tujuan dari IS merasa dan menganggap IS sebagai perwujudan tercapainya perjuangan mendirikan negara Islam yang benar.
Setelah memahami AQ dan IS secara singkat tersebut, perhatikan dimana letak permainan tipu daya politik yang menyesatkan dan dimana hal itu bergulir di luar kontrol. Menguatnya jihad bangsa Afghanistan pada era 1980-an lahir dari perlawanan melawan komunisme dan pendudukan Uni Soviet, pada masa itu AS berada di belakang perjuangan bangsa Afghanistan melawan Pendudukan Komunis Uni Soviet. Hal itu berbalik ketika AS menyerang Afghanistan paska peristiwa 9/11 yang dituduhkan kepada AQ Core yang berada di Afghanistan. Sebelumnya AS mendesak kepada Pemerintahan Taliban untuk menyerahkan Osama bin Laden, namun ditolak dan akhirnya pada 7 Oktober 2001 AS bersama Inggris menyerang Afghanistan menggulingkan Pemerintahan Taliban dan membentuk Pemerintahan Boneka pimpinan Hamid Karzai. Belakangan sekutu (NATO) juga mendukung pendudukan AS di Afghanistan. Alasan yang sering kita dengar selain untuk menghancurkan AQ dan menggulingkan Taliban adalah apa yang disebut sebagai the War on Terror.
Hal yang agak berbeda terjadi di Irak, dimana penggulingan Saddam Hussein melalui perang dan upaya pembentukan pemerintahan demokratis Irak menjadi salah satu penyebab lahirnya apa yang kita kenal sebagai IS saat ini. Hal itu merupakan sebuah fenomena politik yang biasa dalam situasi konflik, paska konflik, dan konflik berkelanjutan, dimana tidak tercapainya konsensus nasional dalam referendum bangsa Irak menyebabkan perpecahan yang dalam kasus Irak adalah perang saudara. Faksi-faksi politik yang terpolarisasi dalam suku/etnis dan aliran khususnya Sunni-Syiah menyebabkan sulitnya tercapai kesepakatan dalam pembentukan negara Irak yang demokratis. Bentuk Federalisme termasuk penghargaan atas perbedaan etnis, penggunaan bahasa, dan keadilan sepintas tampak ideal, namun perebutan kekuasaan politik adalah sama dimanapun, ketika koridornya rusak atau tidak tersedia, maka pilihannya adalah dengan kekuatan bersenjata. Pilihan kekuatan senjata juga ditempuh oleh Suku Kurdi dukungan AS dan Faksi Syiah dukungan Iran. Hal itu, menyebabkan kegamangan negara-negara Arab pada awal-awal menyikapi IS. Alasannya sederhana yakni IS dapat menjadi penyangga atau pembatas meluasnya pengaruh Iran di Timur Tengah.
Situasi serupa dengan Irak terjadi di Libya dengan penggulingan rezim Muammar Gaddafi oleh AS dan sekutu yang belakangan juga meninggalkan Libya menjadi negara yang porak poranda dalam perang saudara konflik etnis dan konflik aliran Islam, termasuk dengan masuknya pengaruh faham Islamic State yang melihat Libya lokasi yang tepat untuk revolusi negara Islam.
Sementara itu situasi di Yaman dalam perang saudaranya juga tidak terlepas dengan intervensi kekuatan militer melalui operasi perang modern menggunakan drone oleh AS atas nama perang melawan teror. Fakta bahwa di Yaman terdapat kelompok Sunni dan Syiah yang pada masa lalu hidup damai berdampingan, sekarang kita melihat mereka berperang menumpahkan darah dan salah satu pusat persaingan geopolitik Arab Saudi dan Iran. Tentunya semua itu juga diwarnai intervensi AS dan sekutunya.
Pada level yang lebih kecil konflik-konflik yang diwarnai seruan jihad perang juga terjadi di Sinai-Mesir (Ansar Bait al-Maqdis), Pakistan, Dagestan, Tunisia, Afrika Barat (Nigeria, Chad, Niger), Asia Tenggara khususnya Filipina dan Indonesia.
Situasi serupa dengan Irak terjadi di Libya dengan penggulingan rezim Muammar Gaddafi oleh AS dan sekutu yang belakangan juga meninggalkan Libya menjadi negara yang porak poranda dalam perang saudara konflik etnis dan konflik aliran Islam, termasuk dengan masuknya pengaruh faham Islamic State yang melihat Libya lokasi yang tepat untuk revolusi negara Islam.
Sementara itu situasi di Yaman dalam perang saudaranya juga tidak terlepas dengan intervensi kekuatan militer melalui operasi perang modern menggunakan drone oleh AS atas nama perang melawan teror. Fakta bahwa di Yaman terdapat kelompok Sunni dan Syiah yang pada masa lalu hidup damai berdampingan, sekarang kita melihat mereka berperang menumpahkan darah dan salah satu pusat persaingan geopolitik Arab Saudi dan Iran. Tentunya semua itu juga diwarnai intervensi AS dan sekutunya.
Pada level yang lebih kecil konflik-konflik yang diwarnai seruan jihad perang juga terjadi di Sinai-Mesir (Ansar Bait al-Maqdis), Pakistan, Dagestan, Tunisia, Afrika Barat (Nigeria, Chad, Niger), Asia Tenggara khususnya Filipina dan Indonesia.
Persitiwa-peristiwa tersebut adalah fakta-fakta sejarah yang terjadi sebagi akibat dari kalkulasi strategi dan geopolitik kawasan dengan pemain-pemain besar sebagai berikut:
- Dalam konflik/perang Afghanistan: Barat (AS dan sekutu) vs Uni Soviet (Russia) dengan proxy Pemerintahan Komunis Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan - Mujahidin - Taliban - Negara Islam Transisi Afghanistan - Republik Islam Afghanistan.
- Dalam konflik/perang Irak: Barat (AS dan sekutu) vs Pemerintah Irak Partai Ba'ath. Dalam proses pembentukan Negara Irak yang demokratis bentukan AS, berkembang perlawanan yang mewujud dalam lahirnya faksi-faksi bersenjata kelompok jihad seperti AQ di Irak, ISIS (Sunni) dan Mahdi Army dll (Syiah). Hal itu kemudian diperburuk oleh perang saudara di Suriah, maka elemen jihad Suriah yang juga diwarnai konflik sektarian Sunni-Syiah sehingga batasan wilayah IS menjadi mencakup sebagian wilayah Suriah yang tidak lagi efektif dikuasai rejim Assad. Pada bagian lain, wilayah-wilayah yang secara efektif dikuasai oleh kelompok etnis seperti Kurdi juga membentuk kekuatan tersendiri yang juga didukung oleh AS sebagai langkah awal menuju pembentukan Negara Kurdi. Karena wilayah konflik berbatasan dengan sejumlah negara besar di kawasan, khususnya Turki maka Turki juga memiliki kepentingan yang sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan situasi dalam rangka melindungi kepentingan negara dan rakyat Turki. Sementara sikap Arab Saudi dan kebanyakan negara Islam di Timur Tengah tampak seperti ragu-ragu karena adanya "kesamaan" aliran Sunni, walaupun belakangan Arab Saudi menegaskan akan memerangi ISIS, masih belum tampak langkah nyata. Iran jelas berada di belakang sekitar 66% populasi Irak yang mendorong terciptanya penguasaan secara efektif Pemerintahan di Irak dibawah kendali kelompok Syiah yang jelas-jelas menjadi alasan penolakan demokrasi oleh sebagian kelompok Sunni di Irak.
Dari semua itu, mengapa masih ada Muslim Indonesia yang rela ikhlas terbang ke wilayah ISIS untuk bergabung dan berjuang bersama ISIS. Lebih aneh lagi mereka yang berbaiat kepada ISIS dan berbuat kerusakan di Indonesia dengan aksi-aksi teror yang jelas tidak akan mungkin dapat merubah Indonesia. Hal ini bukan saja sangat menarik untuk kita dalami sebagai bahan kajian umat Islam dalam menyikapi perkembangan di dunia Islam.
Mengapa Blog I-I begitu berani mengatakan bahwa aksi-aksi teror mereka yang berafiliasi kepada AQ maupun IS tidak akan dapat merubah Indonesia? Hal ini jelas terbaca dalam strategi AQ maupun IS yang berupaya mendorong terjadinya konflik di berbagai belahan dunia Islam dalam rangka meningkatkan posisi tawar-menawar atau setidaknya memecah belah perhatian dunia. Namun yang kurang diperhatikan adalah respon dunia justru bersatu melawan terorisme internasional. Kurang kuatnya konsep perjuangan hampir pasti mematahkan setiap perjuangan dalam perwujudannya. Perjuangan penegakan Negara Islam di Indonesia mencapai level tertinggi pada era kejayaan Masyumi secara politik tahun 1945-1960, dan Darul Islam pada tahun 1949-1962. Kompromi Islam dan Demokrasi yang terbaik dicapai pada era reformasi dengan fenomena PKS, PKB, PAN (1998-sekarang) dan PPP (1973-sekarang) dan mungkin juga Partai Bulan Bintang masih patut disebut. Partai-partai Islam tersebut adalah representasi umat Islam Indonesia yang terbesar, sementara yang berada di luar Partai Politik masih ada sejumlah organisasi Islam yang menaungi umat Islam dan menyalurkan aspirasi dan kepentingan umat Islam.
Kelompok-kelompok Islam Garis Keras jelas minoritas yang berada dalam utopia Negara Islam yang bahkan bentuk dan konstitusinya belum jelas. Barangkali Hizbut Tahrir pantas disebut sebagai kelompok yang memiliki model negara yang paling jelas dalam upaya mendirikan negara Islam, namun untuk bergerak di luar demokrasi dan berada dalam ruang gerakan semata tidak akan berkembang lebih jauh lagi dan pada akhirnya juga dapat menitipkan aspirasinya kepada Partai Politik Islam yang memiliki akses langsung kepada kebijakan dan langkah-langkah Pemerintah dan Parlemen.
Tidak terasa malam sudah semakin larut, bersambung.....Insha Allah
Kamis, 17 Maret 2016
Mohon maaf bila latar belakang untuk memahami fenomea AQ, IS dan berbagai seruan berperang atas nama Islam dari kawasan konflik telah membuat bingung pembaca. Namun bersabarlah dan bacalah secara teliti dan hati-hati serta ikuti alur analisa berdasarkan pada fakta-fakta yang ada.
Untuk memahami konteks konflik yang diwarnai seruan/ajakan berjihad oleh AQ dan IS serta berbagai organisasi yang berafiliasi kita harus melihat akar konfliknya secara sungguh-sungguh. Berikut ini akar konfliknya:
AQ berdasarkan pada fakta sejarah pendiri dan tokoh utamanya dapat kita lihat bahwa inti perjuangannya adalah:
Kamis, 17 Maret 2016
Mohon maaf bila latar belakang untuk memahami fenomea AQ, IS dan berbagai seruan berperang atas nama Islam dari kawasan konflik telah membuat bingung pembaca. Namun bersabarlah dan bacalah secara teliti dan hati-hati serta ikuti alur analisa berdasarkan pada fakta-fakta yang ada.
Untuk memahami konteks konflik yang diwarnai seruan/ajakan berjihad oleh AQ dan IS serta berbagai organisasi yang berafiliasi kita harus melihat akar konfliknya secara sungguh-sungguh. Berikut ini akar konfliknya:
AQ berdasarkan pada fakta sejarah pendiri dan tokoh utamanya dapat kita lihat bahwa inti perjuangannya adalah:
ISIS berdasarkan pada fakta sejarah pendiri dan tokoh utamanya dapat kita lihat bahwa inti perjuangannya adalah:
- Anti Amerika Serikat dengan bukti sasaran serangan teror sejak awal berkumpulnya cikal bakal AQ di Sudan adalah untuk melawan hegemoni AS melalui serangan bersenjata atau bom.
- Fatwa-fatwa tentang jihad yang dikeluarkan oleh pimpinan AQ adalah melawan AS, khususnya dari Fatwa Osama bin Laden tahun 1996 yang bertajuk deklarasi perang melawan Penguasaan Dua Tanah Suci oleh AS. Bagi AQ, Kerajaan Arab Saudi pimpinan keluarga Bani Saud berada dibawah kendali AS.
- Kemudian Fatwa tahun 1998 yang bertema Jihad Front Dunia Islam melawan Yahudi dan Crusader (orang yang ikut dalam Perang Salib). Peradaban Yahudi-Kristen yang dimaksud disini tidak lain adalah AS.
- Setelah dua fatwa utama tersebut, barulah terdapat sejumlah seruan yang mengatasnamakan Islam baik yang menyerukan untuk bergabung dengan AQ maupun yang menyerukan untuk menyerang musuh (pemerintahan Thagut dibawah pengaruh AS) di wilayah masing-masing.
- Mendirikan negara Islam di wilayah Irak dan Suriah, menguasai dan memperluas teritori dan melaksanakan fungsi sebagai negara. Meskipun secara de facto saat ISIS telah berdiri dan mampu bertahan sebagai sebuah entitas sebagaimana negara, namun eksistensinya di dunia dan dalam hubungan internasional dapat dikatakan tidak diterima.
- Kebijakan yang demonstratif dalam penegakan hukum Islam melalui pemenggalan kepala sebenarnya hal yang biasa sebagaimana hukuman serupa juga dilaksanakan di Arab Saudi. Namun ISIS melangkah lebih jauh dalam bentuk dokumentasi berupa film pendek tentang proses pemberian hukuman kepada mereka yang dianggap melanggar hukum Islam. Selain itu juga terjadi inovasi hukuman seperti pembakaran pilot pesawat tempur Yordania, hukuman dilempar dari gedung tinggi untuk pelaku homoseksual, dan lain sebagainya. Pesan utamanya adalah untuk memberikan rasa gentar kepada siapapun yang mencoba menginfiltrasi wilayah ISIS atau memusuhi ISIS. Dengan demikian inti dari kebijakan yang demonstratif tersebut adalah menyelamatkan rezim (regime survival) melalui penciptaan rasa takut kepada pihak-pihak yang anti ISIS. Fatwa-fatwa pengkafiran atau takfiri juga memiliki tujuan yang serupa dalam memberikan efek takut dengan konsekuensi hukuman yang berat.
- Karena eksistensi ISIS selalu berada dalam ancaman dari luar, maka strategi branding yang pernah dikembangkan oleh AQ juga dilakukan oleh ISIS dalam rangka memperluas pengaruh ISIS di dunia internasional. Sehingga tidaklah mengherankan apabila seruan-seruan yang pernah dikeluarkan oleh AQ juga dilakukan oleh ISIS, khususnya tentang jihad atau memerangi musuh yang dekat (di wilayah masing-masing).
- Sebagaimana AQ, ISIS juga menargetkan AS dan sekutunya seperti Inggris, Perancis dan negara-negara Eropa lainnya, sehingga dapat dikategorikan juga sebagai Anti Amerika Serikat. Dalam kaitan ini teori konspirasi yang menyatakan bahwa ISIS adalah buatan CIA dan Mossad adalah kebohongan untuk mengaburkan penilaian dunia internasional tentang kegagalan AS membawa proses transisi damai di Irak. ISIS adalah produk sampingan dari kegagalan exit strategy AS dari Irak.
Sekarang mari kita lihat bagaimana wajah Islam dalam dinamika dunia:
- Potensi konflik di dalam tubuh dunia Islam sudah tertanam sejak lama, baik atas dasar aliran Sunni - Syiah maupun atas dasar nafsu perebutan kekuasaan politik. Dendam warisan antar kelompok dalam Islam tersebut diwarnai oleh pengaruh suku dan etnis yang bersaing dalam mencapai dominasi atas kelompok lain. Musuh bersama yang dinamakan Yahudi, Kristen dan Kaum Kafir sejak lama memainkan peranan penting dalam persatuan Islam, khususnya di Timur Tengah. Namun seiring perkembangan zaman, musuh bersama Islam tersebut menjadi terlalu kuat untuk dihadapi secara bersenjata, sehingga terjadilah kesepakatan dalam penguasaan wilayah di jazirah Arab, dimana keluarga-keluarga yang paling berpengaruh di tanah Arab kemudian menjadi penguasa-penguasa negara Arab modern atas bantuan peradaban Yahudi-Kristen Barat dengan menghilangkan kekuasaan Khalifah Utsmaniyah di tanah Arab. Khalifah Utsmaniyah pun berakhir pada tahun 1924.
- Model kepatuhan kepada pemimpin Islam yang dipraktekan dalam bentuk bai'at sebagaimana terjadi di AQ dan IS pada dasarnya mengikuti tradisi kepemimpinan di dunia Islam khususnya Timur Tengah yang hampir selalu diwarnai oleh persaingan antar kabilah/suku/etnis dan aliran. Sehingga tanpa adanya bai'at akan selalu khawatir terjadi pemberontakan atau perlawanan. Hal ini merujuk pada potensi konflik sebagaimana poin 1 dimana sangat sulit menciptakan perdamaian dalam semangat saling percaya antar kelompok di dunia Islam di Timur Tengah. Karena Timur Tengah adalah pusat Islam, maka pengaruh tersebut juga tersebar ke seluruh dunia termasuk yang kita rasakan di Indonesia.
- Barat, Yahudi, dan Kristen tidak terlalu khawatir dengan ancaman Islam secara politik karena peradaban dunia secara fisik saat ini berpusat di Barat dan mendominasi secara global termasuk di dunia Islam. Namun kemunduran spiritual Barat menjadi tidak terhindarkan karena perjalanan humanisme dan sains yang menyingkirkan agama (Yahudi/Kristen) dari pusat dinamika sosial telah membuat manusia lupa tentang hal yang ghaib (tidak saintifik). Kekosongan spiritual Barat kemudian diisi oleh spiritual kuno yang mewujud kembali dalam bentuk persekutuan persaudaraan rahasia yang melampaui spiritual Kristen dan Yahudi. Spiritual kuno warisan peradaban Mesir Kuno yang oleh banyak pihak dinamakan sebagai kelompok Mata Horus, Freemason, atau Illuminati bersaing dengan kelompok-kelompok spiritual lainnya termasuk yang belakangan seperti Scientology. Pada intinya persaudaraan rahasia modern tersebut adalah mengkombinasikan logika, kekuatan (ilmu pengetahuan, teknologi, uang, jaringan, politik, militer, dll) dengan visi-misi (khayalan, cita-cita, imajinasi, ghaib) dalam menciptakan masa depan dunia yang berada dalam genggaman kelompok tersebut. Berkat kelompok-kelompok persaudaraan rahasia tersebutlah Barat selamat dan dapat terus maju dalam perekonomian, kehidupan sosial - politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain (duniawi), sementara agama Yahudi maupun Kristen masih berperan dalam memberikan arahan moral yang terkoreksi oleh humanisme.
- Apa yang sekarang terjadi dengan radikalisme dan terorisme dalam dunia Islam adalah keputusasaan dalam menghadapi dominasi peradaban Barat. Terjadi proses saling serang dan saling menyalahkan sesama penganut Islam dari aliran yang berbeda, lahir kesedihan, kekecewaan, kebencian, dan kemarahan ketika darah tumpah sehingga akal sudah tertutupi dan jalan yang terbuka seolah hanya kekerasan. Do'a-do'a menjadi hampa, Shalat menjadi otomatis kosong dalam ketidakmengertian mengapa dunia jauh dari nilai-nilai Islami. Akibatnya shalatnya mejadi tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Lemah secara fisik dan spiritual, itulah wajah Islam saat ini. Terjadi penyangkalan terhadap realita dunia yang berjalan secara tidak Islami, bahkan pelecehan demi pelecehan lama kelamaan tidak lagi terasa.
Skenario yang saya maksud adalah skenario Iblis, Syaithan dan seluruh pengikutnya untuk menjerumuskan umat Islam ke dalam ilusi perjuangan yang ujungnya tidak jelas. AQ dan ISIS tidak dapat kita hakimi sebagai perwujudan kejahatan Iblis, melainkan merupakan sebuah fakta dan fenomena sosial politik yang muncul dari wilayah konflik dan kebencian kepada dominasi Barat di tanah Islam. Namun ketika anda berbaiat kepada pimpinan Al Qaeda, anda akan merasa menjadi bagian dari perjuangan Islam dalam versi Al Qaeda yang intinya adalah Anti Amerika Serikat. Ketika anda berbaiat kepada ISIS, anda akan merasa menjadi bagian dari perjuangan menegakkan Islam yang sesungguhnya bersifat lokal di Irak dan Suriah dalam konteks konflik politik, etnis, dan aliran. Baik AQ maupun ISIS merupakan cermin cita-cita yang tidak didukung oleh strategi yang matang dalam skala global dan tujuannya juga tidak mewakili kepentingan umat Islam dunia. Bahkan dampaknya justru semakin melemahkan dakwah Islam kepada umat manusia.
Semoga umat Islam Indonesia semakin sadar, cerdas, dan berhati-hati dalam melangkah memperjuangkan agama Islam.
Salam Intelijen
SW
Komentar
Posting Komentar