Sedikit menyingkap kabut masa depan RI paska reshuffle kabinet Jokowi
Intelijen bahkan masyarakat biasa yang rajin baca koran atau berita internet sudah paham tentang pengaruh eksternal yang berdampak kepada perekonomian Indonesia. Devaluasi Yuan - China, rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve - AS, situasi krisis Yunani dan kebijakan Uni Eropa, menurunnya pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging dalam kelompok BRIC seperti Brazil Russia, India, dan China, serta non-BRIC termasuk Indonesia, Filipina, Peru, Thailand, dan beberapa negara selevel lainnya. Semua itu, dapat saja dengan mudah dijadikan alasan utama melemahnya Rupiah, tidak tercapainya target pertumbuhan, kelesuan perdagangan internasional Indonesia, berkurangnya investasi asing, dan lain sebagainya yang kemudian secara perlahan menggerogoti keyakinan masyarakat Indonesia tentang kondisi perekonomian nasional.
Apakah benar hal itu merupakan tantangan atau persoalan terbesar yang dihadapi perekonomian Indonesia?Komunitas Blog I-I dalam diskusi tertutup yang dilakukan bersama para sesepuh Intelijen yang telah mengumpulkan berbagai informasi analisa ekonomi, paper dari sejumlah konsultan internasional, dan artikel-artikel analisa ekonomi media terkemuka di dunia, ingin berbagi hasil diskusi tersebut kepada seluruh komunitas intelijen dan masyarakat Indonesia sebagai bacaan alternatif yang semoga dapat memotivasi kita semua bekerja lebih keras lagi, sbb:
- Benar bahwa pengaruh eksternal sangat kuat dan bahkan dapat dikatakan mencapai level ancaman yang signifikan, sehingga langkah-langkah strategis kebijakan ekonomi Pemerintahan Jokowi harus benar-benar ditangani oleh ahlinya. Dalam kaitan ini, pengangkatan Sdr. Darmin Nasution sebagai Menko Perekonomian dapat dikatakan dapat memberikan harapan lebih baik seandainya seluruh Kementerian dan Lembaga yang berada dibawah koordinasi Sdr. Darmin dapat bersinergi dan bekerja lebih keras lagi. Dengan kemampuan dan pengalaman yang lengkap, secara teori Sdr. Darmin akan dapat menyusun strategi ekonomi yang menyelamatkan perekonomian nasional Indonesia. Perkiraan Blog I-I, kebijakan Sdr. Darmin akan cenderung hati-hati dan tidak agresif, sehingga rakyat Indonesia perlu menunggu hasilnya setidaknya dalam 6 bulan ke depan baru akan mulai terasa.
- Janganlah lupa, bahwa ditengarai terjadi suatu "kesengajaan" dari pihak-pihak yang berusaha mengambil keuntungan dari situasi yang masih terus berkembang terkait pengaruh eksternal terhadap Indonesia. Kita semua mengerti bahwa pasar memiliki logika sendiri, terlebih dengan sistem yang bebas sehingga upaya-upaya pengendalian/pengawasan akan cenderung gagal terlebih karena Indonesia sudah menganut sistem pasar bebas. Baik itu sektor jasa keuangan, komoditi, dan berbagai bentuk perdagangan, akan selalu memperhatikan dinamika yang berada di sekelilingnya. Apabila Pemerintahan Jokowi paska reshuffle kabinet masih saja mengalami masalah komunikasi dan berbagai kebijakan tampak amatiran karena lemahnya otoritas dan kepastian eksekusi kebijakan, maka kita akan menyaksikan keterpurukan lebih lanjut karena ketidakmampuan leadership dari Pimpinan Nasional Indonesia.
- Pengangkatan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menkopolhukam yang konon direstui merangkap jabatan sebagai Kepala Staf Kepresidenan oleh Jokowi semakin memperjelas betapa besarnya pengaruh Luhut terhadap Presiden. Bahkan Wapres Jusuf Kalla pernah menyatakan bahwa Seskab akan mengambil alih Kantor Staf Kepresidenan, hal ini mencerminkan ketiadaan komunikasi yang baik antara Wapres dan Presiden. Walaupun Jokowi kemudian menjelaskan rangkat jabatan Luhut sementara, tampak bahwa JK berupaya mendorong dileburnya Kantor Staf Kepresidenan dibawah Seskab. Apabila buruknya komunikasi ini terus berlangsung maka, sebaiknya rakyat Indonesia bersiap-siap untuk kecewa lagi dengan dinamika yang akan terjadi di masa mendatang. Polarisasi kekuasaan eksekutif menjadi Presiden (Jokowi-Luhut) --- (Wakil Presiden) JK --- (Partai Penguasa) Megawati-PDI-P dapat dijelaskan dalam kerangka tingkat kepercayaan antara satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang berulangkali dibantah, namun tidak juga diselesaikan dengan baik demi bangsa dan negara Indonesia Raya. Diperkirakan, Luhut akan semakin dominan dalam kebijakan Polhukam dengan berbagai strategi yang belum tentu untuk kemaslahatan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini kurang sehat bagi demokrasi dan pemerintahan, karena kita akan menyaksikan "konflik" terselubung dalam pemerintahan Jokowi yang akan terus berlanjut karena rendahnya saling percaya di dalam tubuh Pemerintah. Hal ini tidak signifikan, namun akan terus mewarnai pemberitaan, sehingga bila ingin lebih baik perlu dilakukan peningkatan saling pengertian di antara elit-elit penguasa Pemerintahan Jokowi, khususnya terkait dengan upaya meredam polarisasi kekuasaan eksekutif.
- Seskab baru Pramono Anung jelas jauh lebih baik dari pada Andi Widjajanto. Kedewasaan berkomunikasi dalam dunia politik sangat diperlukan khususnya antara Pemerintah dan DPR. Namun demikian, hal ini juga bukan jaminan. Sepanjang masih tajamnya "konflik" KIH - KMP, perpecahan parpol karena tarik-menarik kepentingan para tokoh politik tidak kunjung selesai, maka suasana yang sudah terlanjur tidak kondusif sejak awal akan terus diwarnai oleh seni saling mempengaruhi, kritik pedas, saling jegal, dan pencitraan. Sehingga efektifitas kerja DPR maupun pemerintah akan jauh lebih rendah dari periode sebelumnya. Hal itu, pada gilirannya juga akan menghambat upaya perbaikan ekonomi nasional Indonesia. Logika para elit politik berbeda dengan umumnya rakyat yang menghendaki ketentraman dan kesejahteraan. Elit politik pada dasarnya adalah petarung ideologi dan konsep untuk memajukan bangsa serta kepentingan pribadi dan kelompok. Sehingga diperlukan kepiawaian dalam mengelola hubungan-hubungan politik baik yang dilandasi oleh itikad baik, kepentingan, maupun kompromi. Tantangan ini cukup berat apabila hanya disandarkan kepada Seskab, karena persoalan juga muncul dari perilaku/sikap Menteri dan sejumlah anggota DPR yang cenderung konfliktis. Diramalakan ke depan perbaikan komunikasi akan terjadi, namun tidak berarti akan tercipta sinergi atau minimal saling memahami dalam waktu singkat.
- Rizal Ramli cukup berpengalaman dan memiliki karakter yang agak kontroversial namun berani. Rencananya melakukan perubahan Kemenko Bidang Kemaritiman menjadi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya diperkirakan akan menyita waktu setidaknya tiga bulan walaupun hanya menambah dua bidang dalam jajarannya. Ujian terberat bidang kemaritiman bukan terletak pada mega proyek yang ambisius, namun lebih kepada perbaikan-perbaikan segera dari berbagai persoalan yang berada dibawah koordinasi Menko Kemaritiman. Kurangnya perhatian Pemerintah pada sektor maritim, telah menyebabkan akumulasi persoalan yang sangat banyak, sehingga kita patut memperhatikan prioritas yang akan diambil oleh Rizal Ramli. Diperkirakan akan terjadi beberapa terobosan yang lebih berani, namun hal ini juga belum menjamin terselenggaranya pembangunan sektor maritim Indonesia yang lebih baik. Semoga Rizal Ramli tidak hanya berfikir taktis untuk periode jabatannya, melainkan juga mempersiapkan blue print strategis jangka panjang agar pada pemerintahan selanjutnya Kemenko Kemaritiman tidak dibubarkan karena perbedaan konsep pembangunan.
- Bappenas sangat strategis dan merupakan think tank strategi pembangunan Pemerintah Indonesia. Pergeseran Sofyan Djalil menggantikan Andrinof Chaniago diperkirakan tidak akan banyak merubah kinerja Bappenas, karena sesungguhnya Bappenas bagaikan mesin think tank akan akan terus melaju dengan konsep dan gagasan serta strategi. Apa yang dibutuhkan Bappenas adalah kepemimpinan yang handal dengan ide-ide cemerlang. Pegawai Bappenas dinilai memiliki kemampuan dan latar belakang pendidikan yang tinggi dibandingkan kementerian lain, secara teori akan mudah memimpin orang-orang pintar di Bappenas. Apabila Sofyan Djalil mampu melihat potensi Bappenas dan mengembangkannya, tidak tertutup kemungkinan hal ini justru menjadi kunci lahirnya kebijakan-kebijakan yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian nasional Indonesia.
- Pergantian posisi Mendag dari Rachmat Gobel ke Thomas Lembong diperkirakan akan lebih berdampak kepada kebijakan-kebijakan yang lebih kompromis dengan eksportir-importir khususnya terkait pangan. Thomas Lembong sebagai tokoh "penasihat ekonomi" Jokowi dibalik layar tampaknya diberikan kesempatan oleh Presiden untuk membuktikan apakah dirinya akan lebih baik dari Mendag pendahulunya. Mengawali posisi Mendag dengan situasi perekonomian yang sedang melemah tentunya tidak mudah, namun jauh lebih susah lagi menghadapi mafia-mafia impor yang tampaknya telah menekan dilakukannya pergantian posisi Mendag.
- Secara umum, komunitas Intelijen Blog I-I menilai kabut masa depan RI masih akan tetap gelap dan abu-abu karena faktor eksternal yang sangat kuat. Namun demikian, leadership yang baik akan mampu menyibakkan kabut tersebut. Reshuffle kabinet memberikan harapan yang harus didefiniskan sebagai "buying time" kesabaran rakyat Indonesia yang ingin melihat performa Pemerintah yang lebih baik.
- Kuncinya adalah Jokowi jadilah anda Presiden yang sesungguhnya jangan tergantung pada Luhut Panjaitan dan perhatikan serta perlakukan Wakil Presiden dan jajaran Menteri anda sebagaimana sepatutnya. Berikan pengarahan dan kepercayaan penuh kepada Menteri-Menteri anda, reshuffle seyogyanya hanya kepada mereka yang tidak perform atau yang menghianati anda serta bukan karena bujuk rayu atau tekanan. Perbaiki kepemimpinan yang benar-benar memimpin, bukan rapopo, menyimpan amarah, atau sewenang-wenang bak raja Jawa. Kepada para Pembantu Presiden, anda bukan hanya membantu Presiden tetapi anda juga memiliki peranan yang sangat penting untuk rakyat Indonesia, janganlah teralu banyak berpolitik atau berandai-andai. Bekerjalah yang terbaik untuk bangsa dan negara dalam mewujudkan kemakmuran Indonesia Raya.
- Akhir kata, hasil diskusi ini dapat dibuktikan benar dan salahnya di kemudian hari, serta mohon maaf sekiranya ada pihak-pihak yang kurang berkenan.
Semoga bermanfaat,
Senopati Wirang
Komentar
Posting Komentar