Intel dan Action Hero
Teriring do'a untuk saudara-saudara kita yang mengalami proses pembunuhan secara sistematis dengan serangan militer Israel di Gaza. Semoga jumlah kematian yang telah mencapai melebihi 1000-an nyawa manusia yang mayoritas adalah masyarakat sipil, wanita dan anak-anak itu tidak bertambah lagi. Konflik yang bersenjata yang terjadi sejak 8 Juli 2014 tersebut tidak dapat lagi dilihat sebagai self defense bagi Israel karena faktanya apa yang terjadi merupakan kisah klasik penindasan dan genosida terhadap pihak yang lemah.
Tulisan Blog I-I kali ini akan bernuansa imajinasi yang lahir dari keprihatinan betapa dengan kasat mata kita menyaksikan ketidakadilan terus mewarnai perjalanan umat manusia. Masing-masing pihak yang berkonflik akan melakukan klaim berjalan diatas "kebenaran" atau atas nama "kemanusiaan" yang sebenarnya menindas kelompok manusia yang lain. Bahwa manusia "cenderung" terjebak dalam pertumpahan darah terus berulang dalam perjalanan umat manusia. Perebutan sumber daya alam, tanah/wilayah, pertarungan faham/ideologi, persaingan politik, perbedaan bangsa/suku bangsa, konflik atas nama agama, penguasaan ekonomi, dominasi budaya/sosial, dan seterusnya menjadi sumber-sumber konflik yang tidak pernah berhenti dalam sejarah manusia.
Apakah manusia tidak dapat lepas dari "kutukan" konflik dengan sesama manusia? Bila anda cukup teliti dan membaca konflik berdarah dalam sejarah umat manusia, maka akan anda temui banyak alasan untuk menempuh konflik yang mana alasan tersebut dapat mengubur cita-cita untuk berdamai. Alasan yang paling kuat adalah sifat dasar manusia yang cenderung emosional manakala darah korban sudah menetes. Akan sangat sulit bagi siapapun untuk dapat membiarkan begitu saja menjadi pihak yang dilukai tanpa melakukan pembalasan. Sampai akhir zaman sekalipun pembalasan atau saling balas akan terus terjadi apabila sifat lain manusia yakni pemaaf tidak lagi mampu membendung kemarahan.
Dalam karya sastra baik di masa lampau maupun di dunia modern dengan ragam cerita imajinasi, kita sering menemui adanya kisah-kisah kepahlawanan yang dilakukan seorang super hero yang beraksi membela kebenaran dan menghancurkan kezaliman. Walaupun faktanya keberadaan super hero tersebut hanya berada di salam imajinasi sang pengarang, namun pengaruhnya cukup besar di dalam benak, anak-anak atau bahkan masyarakat luas. Hampir seluruh super hero memiliki kemampuan intelijen yang sangat tinggi baik yang didukung oleh pengetahuan di luar nalar (mistik atau supernatural) atau yang didukung oleh peralatan modern dan hasil riset sains. Biasanya kemampuan tersebut berupa deteksi informasi, perkiraan langkah-langkah musuh, dan pencegahan terjadinya bencana yang besar. Semua itu merupakan pekerjaan intelijen.
Dengan kombinasi intel dan super hero atau action hero, maka ketertiban, keadilan, dan kedamaian dapat tercipta di tengah-tengah masyarakat. Sayangnya cerita-cerita super hero tersebut hanya kita temui di lembaran-lembaran cerita yang mampu memberikan rasa nyaman kepada pembacanya karena simbolisasi tokoh pembela kebenaran dalam wujud super hero tersebut. Sebut saja misalnya kisah tokoh legendaris Mahesa Jenar sang Intel dari Kasultanan Demak yang berupaya menemukan kembali Keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Karya SH Mintardja tahun 1960-an tersebut sarat dengan ujaran atau wejangan dan penggambaran pertempuran antara kekuatan baik dan buruk dalam kemasan supernatural dimana ajian-ajian yang merupakan shakti kekuatan seseorang dipergunakan untuk melumpuhkan lawan.
Sikap super hero semacam Mahesa Jenar yang digambarkan jantan, ksatria, berjuang tanpa pamrih, tulus, rela berkorban, gigih, rajin, dan pembela kebenaran tersebut sesungguhnya juga akan tampak dalam karya-karya superhero Barat seperti dalam komik Marvel atau DC Comics. Jalan cerita utama dari kisah-kisah superhero tersebut tentunya adalah melawan kegelapan/kejahatan yang meresahkan penduduk. Perbedaan utama dari imajinasi Timur dan Barat adalah bahwa imajinasi Timur hampir selalu dikaitkan dengan anugrah dari Yang Maha Kuasa, sedangkan di Barat cenderung dikaitkan dengan hasil olah pikir manusia atau kecelakaan yang kebetulan menghasilkan kekuatan super.
Mengapa saya mengangkat tulisan semacam ini yang mungkin kurang jelas manfaatnya?
Pertama, saya ingin menyampaikan bahwa betapapun kecilnya rasa dari harapan kita untuk dapat mewujudkan kemenangan dalam suatu konflik, kita harus memiliki mentalitas seperti superhero dalam imajinasi kita. Imajinasi tersebut bukanlah angan-angan kosong, melainkan keyakinan bahwa sifat-sifat dasar manusia yang baik dan tujuan yang baik, kita akan melahirkan kekuatan yang diluar perkiraan kita semua. Bahwa kacamata dunia memperlihatkan kita sebagai pihak yang terdesak bukanlah cermin dari kekalahan karena hidup manusia tidaklah akan lengkap tanpa keyakinan adanya kehidupan setelah mati atau adanya alam akhirat. Mereka yang bersandar pada kehidupan duniawi barangkali akan berpikir kemenangan demi kemenangan telah diraih, namun tanpa keimanan hal itu akan akan menjadi fatamorgana belaka.
Keberanian kita untuk berdiri tegak melawan kejahatan merupakan kekuatan yang luar biasa melebihi imajinasi kita akan superhero. Namun hanya dengan kecerdasan seperti super-intel juga sangat diperlukan dalam melakukan suatu aksi penyelamatan masyarakat. Perhatikan bagaimana sorang Batman dengan super komputernya menyelidiki terlebih dahulu musuh-musuhnya, hal itu merupakan intel. Perhatikan pula bagaimana pertarungan intel dalam kisah imajinasi Ninja Naruto yang digambarkan berada pada pergolakan antar desa-desa yang saling berebut kekuasaan dari waktu ke waktu. Dalam kisah-kisah lain yang lebih ekstrim dalam komik Jepang dengan aksi-aksi misalnya dapat juga dilihat dalam kisah manusia melawan manusia raksasa dalam Shingeki No Kyojin, atau kisah manusia kecil yang menjadi hero dalam Ratman, dll.
Namun jangan tenggelam dalam imajinasi kosong tentang superhero atau action hero yang tidak masuk akal. Mulailah dengan meyakinkan diri anda untuk memegang teguh kebenaran dan memperjuangkannya. Perkuatlah segala potensi anda dan berjuanglah untuk keyakinan anda, khususnya untuk kebenaran dan keadilan. Menjadi intel bukan berarti bertingkah polah seperti playboy cap kampung ala James Bond, tetapi menjadi cerdas, teliti, dan tekun dalam mengumpulkan informasi tentang lawan/musuh yang jahat. Menjadi superhero bukan bermimpi menjadi batman atau spiderman yang boleh dikatakan imajinasi kosong yang meracuni anak-anak, tetapi mulailah secara sederhana membiasakan menolong orang lain dan senantiasa berbuat baik.
Salam
Senopati Wirang
Namun jangan tenggelam dalam imajinasi kosong tentang superhero atau action hero yang tidak masuk akal. Mulailah dengan meyakinkan diri anda untuk memegang teguh kebenaran dan memperjuangkannya. Perkuatlah segala potensi anda dan berjuanglah untuk keyakinan anda, khususnya untuk kebenaran dan keadilan. Menjadi intel bukan berarti bertingkah polah seperti playboy cap kampung ala James Bond, tetapi menjadi cerdas, teliti, dan tekun dalam mengumpulkan informasi tentang lawan/musuh yang jahat. Menjadi superhero bukan bermimpi menjadi batman atau spiderman yang boleh dikatakan imajinasi kosong yang meracuni anak-anak, tetapi mulailah secara sederhana membiasakan menolong orang lain dan senantiasa berbuat baik.
Salam
Senopati Wirang
Komentar
Posting Komentar