Antara Survei Popularitas, Quick Count dan Real Count

Sebagaimana saya tulis dalam artikel Mencermati Lembaga Survei, kita perlu mengawasi secara sungguh-sungguh lembaga-lembaga survei baik dari sisi metodologi, pelaksanaan, kredibilitas pengumpul survei, serta kalkulasi analisa dan publikasi akhirnya. Hal ini merupakan kepentingan kita bersama untuk memiliki lembaga-lembaga survei yang kredibel, dapat dipercaya, dan independen sebagai salah satu mekanisme dalam mengukur dinamika suara hati masyarakat terhadap berbagai isu nasional maupun daerah, termasuk yang terkait dengan pemilu.
Sungguh berani atau ceroboh dalam menyelenggarakan quick count yang keliru! Sejak awal saya sudah menduga akan ada perbedaan hasil quick count, namun tidak dramatis sebagaimana sudah terjadi. Dengan asumsi masih ada tanggung jawab moral dan kredibilitas intelektual, lembaga survei secara teori akan menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda dalam kasus quick count. Namun kenyataan berbicara lain, terjadi perbedaan yang perlu disikapi secara hati-hati karena hasil quick count yang keliru dari lembaga survei manapun sama saja dengan sengaja menjerumuskan pihak yang sesungguhnya kalah.

Sebagai catatan dari informasi terbuka,  4 lembaga survei menghasilkan quick count yang memenangkan pasangan nomor 1 yakni: Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia. Sementara itu 8 lembaga survei menghasilkan quick count yang memenangkan pasangan nomor 2 yaitu: Populi Center, Poll-Tracking Institute, CSIS, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, RRI, dan Saiful Mujani Research Center. 

Apa yang sudah dipublikasikan sebagai hasil quick count yang berbeda tentunya sudah menyebar ke seluruh Indonesia bahkan dunia melalui berbagai media. Fakta bahwa terjadi klaim kemenangan juga telah terjadi, sehingga keterlanjuran situasi yang "kurang nyaman" telah terjadi. Setidaknya telah terjadi polemik terkait dengan hasil quick count yang mungkin pada akhirnya cenderung dihimbau untuk tidak dijadikan patokan oleh sejumlah tokoh masyarakat demi ketenangan publik dan stabilitas politik. Hal ini merupakan pelajaran mahal yang akan menguji sejauh mana para pihak yang berbeda dapat bersikap dewasa, ksatria dan memikirkan rakyat yang menantikan kelanjutan pembangunan oleh siapapun yang akan menjadi pemerintah.

Sungguh sangat disesalkan bahwa sistem quick count kali ini terpaksa kita tinggalkan karena polemik yang terus meningkat dapat meningkatkan ketegangan yang berpotensi menjadi konflik yang tidak dikehendaki kita semua. Sikap yang mengeras dalam keyakinan memenangkan pemilu juga dapat mempertajam perbedaan yang semakin memanaskan perpolitikan nasional Indonesia.

Pada akhirnya kita harus kembali menunggu hasil penghitungan manual KPU atau real count yang dijaga dan diawasi oleh berbagai pihak guna menghindari saling curiga. Kita semua mesti bersabar dan siap dengan hasil yang akan diumumkan oleh KPU pada 22 Juli nanti. Mungkin masih akan protes, mungkin juga akan dapat diterima secara legowo oleh semua pihak, atau mungkin juga akan ada penerimaan pada level elit yang diwarnai penolakan di akar rumput karena provokasi-provokasi. Berbagai potensi untuk menjadi baik dan buruk masih terpampang di hadapan kita menjelang tanggal 22 Juli 2014. Menjadi tugas kita bersama untuk ikut serta menjaga kedamaian dalam bulan suci Ramadhan, mendinginkan hati dan pikiran kita, dengan tetap menjaga keadilan dan kejujuran penghitungan manual KPU. Insha Allah bangsa Indonesia akan dapat melalui masa-masa sulit terpecah dalam pemilihan dan menyatukan hati dan pikiran untuk masa depan yang lebih cerah, lebih baik, dan lebih sejahtera.

Salam Intelijen
Senopati Wirang   

Komentar

Postingan Populer