Apa Kabar Komunisme Indonesia?
Sehubungan dengan pertanyaan dari sahabat Blog I-I di Kalibata, Cilendek, Cijantung, Cilangkap, dan Pejaten tentang komunisme Indonesia dipersilahkan kepada seluruh sahabat yang setia menjaga NKRI dan Pancasila untuk membuka kembali analisa-analisa lama Blog I-I tentang komunisme Indonesia tersebut dalam artikel-artikel berikut ini:
Kiri oh Kiri
Sebuah Catatan untuk Gerakan Kiri Indonesia
Gerakan Kampungan Marxist Indonesia
Tentang Komunisme versus Liberalisme
Tentang Film the Act of Killing
Komunisme dan Ulang Tahun TNI
Disamping artikel-artikel tersebut kadangkala Blog I-I juga menyisipkan pesan-pesan kewaspadaan nasional terhadap ancaman radikal kiri yang pernah mengoyak persatuan nasional Indonesia.
Dalam artikel-artikel Blog I-I tersebut perlu kehati-hatian dalam membaca karena Blog I-I bukan semata-mata kritis terhadap mereka yang berideologi kiri, sosialis, komunis atau varian lainnya, melainkan juga konstruktif mendorong agar kaum kiri Indonesia dapat lebih cerdas dengan menanggalkan komunisme dan membangun ideologi khas Indonesia yang meskipun intinya berjuang demi rakyat wong cilik, namun lepas dari bayang-bayang kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tidak akan pernah dapat dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Mencermati perkembangan terkini, marilah kita renungkan sejenak catatan Blog I-I yang terbaru dalam menyapa komunisme Indonesia.
POLITIK dalam arti pertarungan memperbutkan kekuasaan dan cara mencapainya adalah sumber dari menguatnya pendefinisian ancaman oleh mereka yang berkuasa. Sudah puluhan tahun definisi ancaman radikal kanan RAKA (Islam) dan radikal kiri RAKI (Komunis) melekat kuat dibenak kita semua yang mengabdi kepada Republik Indonesia di bidang keamanan. Kita di TNI, Polisi, dan Intelijen telah dilatih secara khusus dengan uang pajak rakyat Indonesia untuk memelihara persatuan dan kesatuan Indonesia, melindungi dan mengayomi rakyat Indonesia dari berbagai ancaman. Salah satu definisi ancaman tersebut adalah ancaman ideologis yang hingga saat ini masih melanjutkan warisan sejarah tentang ancaman RAKA dan RAKI tersebut. Semua itu sangat inward looking dan terkait erat dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang mengalami konflik dari kedua kelompok tersebut. Akibatnya kadangkala kita lupa bahwa ancaman dari luar/asing dapat merembes melalui RAKA dan RAKI tersebut melalui proses rekayasa politik dan sosial yang canggih dan mendorong kita menjadi bangsa yang kejam saling membunuh karena perbedaa ideologi. Bahkan di era yang sudah demokratis sekalipun kerawanan dari perbedaan ideologi masih kuat dan dapat menciptakan suatu konflik yang berbahaya bagi keselamatan rakyat Indonesia.
Kepada anda yang merasa bagian dari kaum Komunis Indonesia perlu menyadari psikologis masyarakat Indonesia secara umum dan seluruh aparat keamanan Indonesia khususnya yang tidak akan dapat melepaskan persepsi ancaman komunis dari benak dan hati mereka. Itulah sebabnya Blog I-I sudah sangat lama mendorong kaum komunis Indonesia untuk mengabdikan keahliannya di bidang masing-masing dengan menanggalkan komunismenya. Betapapun kebebasan, HAM, dan sistem politik demokrasi memberikan ruang untuk berpendapat dan beraspirasi, namun sejarah hitam komunisme Indonesia tidak dapat dihapus begitu saja. Tentu anda kaum komunis akan beragumentasi balik: "kami kaum komunis Indonesia yang mengalami penindasan, penyiksaan, dan pembunuhan", anda juga akan bertanya: "mengapa justru kami yang harus diam dan menanggalkan komunisme?" Dengan klaim terjadinya pembunuhan massal, pengungkapan tragedi kemanusiaan, serta atas nama keadilan, anda sebagai kaum komunis tentu ingin membersihkan sejarah dengan versi yang anda yakini bukan? Masalah ini tidak sederhana dan mudah, sebagai manusia biasa seluruh jaringan Blog I-I paham dengan "kemarahan", "dendam" dan "kebencian" keluarga korban mereka yang terlibat PKI dan simpatisannya. Namun sekali lagi, persoalannya tidak sederhana karena hal ini terkait dengan keyakinan mayoritas rakyat Indonesia bahwa PKI berada dipihak yang salah dan jahat. Perlu diingat bahwa korban dari konflik ideologi ini bukan hanya dari pihak komunis melainkan juga merata kepada berbagai strata masyarakat Indonesia yang menjadi korban dari aksi brutal kelompok komunis seperti pembunuhan alim ulama di Jawa seperti peristiwa Madiun 1948. Namun yang lebih penting adalah historiografi cerita tutur dari orang-orang tua kita yang hidup di masa PKI masih ada dimana intimidasi PKI terhadap non-PKI sangat menegangkan dan bahkan diwarnai sejumlah insiden pembunuhan-pembunuhan yang merata khususnya di pulau Jawa.
Apa yang Blog I-I gambarkan adalah konflik ideologi, konflik politik, yang kemudian berpuncak pada konflik berdarah disebabkan oleh para pihak yang bertikai termasuk dari kaum komunis dan non-komunis khususnya TNI sebagai pelindung dan penyelamat bangsa Indonesia. Anda seluruh kaum komunis KALAH dalam konflik tersebut. Dalam sebuah dinamika konflik korban demi korban berjatuhan, entah berapa jumlahnya dan entah lebih besar ada di pihak mana menjadi tugas sejarahwan untuk menggalinya. Langkah-langkah yang ditempuh TNI diyakini oleh masyarakat Indonesia sebagai langkah yang tepat setidaknya dalam konteks masa itu. Bahwa kemudian tidak terjadi rekonsiliasi paska konflik adalah kebijakan Pemerintah Orde Baru paska pemberontakan PKI yang gagal tahun 1965. Pemerintah Orde Baru menganggap komunisme sebagai bahaya laten sekaligus dijadikan simbol musuh bersama bangsa Indonesia. Perhatikan kasus-kasus pemberontakan dimanapun di dunia yang selalu berakhir dengan korban jiwa dan pemenjaraan. Pemberontakan adalah penghianatan kepada bangsa sendiri dan tidak jarang dampak dari pemberontakan tersebut dampaknya tidak dapat diukur atau segera diatasi seperti terciptanya kebencian yang luar biasa kepada komunisme dalam kasus pemberontakan PKI. Apa yang ditempuh Pemerintahan Orba mungkin berlebihan dan menyebabkan keluarga PKI yang tidak terlibat ikut merasakan dampak kehidupan sosial ekonomi yang sulit. Namun sekali lagi lihat konteks sejarah dimana stabilisasi keamanan menjadi sangat penting bagi sebuah negara yang relatif masih muda. Bila saat itu ditempuh rekonsiliasi, mungkin konflik akan berkepanjangan dan bahkan PKI kembali dan konflik berulang lagi. Indonesia akan menjadi negara gagal bila terlalu banyak diwarnai konflik internal yang berkepanjangan. Memang akan terasa tidak adil bagi kaum komunis, tetapi mengapa anda berontak saat itu? Tanyakan kepada seluruh senior anda yang masih hidup, bukankah saat itu kaum komunis berpikir dan merasa cukup kuat sehingga dapat berkuasa?
Sekarang mari kita melihat kekinian yang jauh lebih baik dengan demokrasi dan penghormatan terhadap HAM. Meskipun Intelijen dan TNI masih memiliki seluruh catatan detil tentang kaum komunis dan keluarganya, tetapi anda semua dibiarkan bebas bahkan menduduki posisi-posisi yang cukup penting dan strategis. Kami memberikan kesempatan kepada anda kaum komunis untuk menatap masa depan dan menutup sejarah hitam. Tetapi sebagian dari kaum komunis justru memancing kembali konflik lama dengan secara atraktif memunculkan simbol-simbol komunis, secara tebuka menuntut penghapusan TAP MPR RI No 25 Tahun 1966, mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada menghidupkan kembali komunisme, serta secara terencana menciptakan opini publik baik nasional maupun internasional tentang kekejaman bangsa Indonesia khususnya TNI dan sejumlah ormas Islam terhadap kaum komunis. Mengapa anda tidak berpikir lebih cerdas lagi demi masa depan Indonesia? Anda kaum komunis sungguh-sungguh membuka pintu konflik yang sulit diatasi.
Pemutaran film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI merupakan cara kami jaringan Blog I-I bersama seluruh sahabat Blog I-I yang aktif untuk mengingatkan kembali bahwa kami tahu persis siapa anda kaum komunis Indonesia. Ingat, hal ini bukan untuk mempertajam konflik apalagi mengancam!
Apa yang kami lakukan semata-mata adalah demi meredanya konflik yang berakar dari perbedaan ideologi. Puji Tuhan bahwa seluruh institusi keamanan telah melakuka nonton bareng film G 30 S PKI tersebut, kami secara khusus mendorong TNI, Polri, BIN, hingga Presiden Jokowi pun akhirnya bersedia menonton film tersebut. Para penggiat HAM luar negeri dan dalam negeri telah mengkritisi hal tersebut dan menuduhnya sebagai stigmatisasi dan propaganda anti komunis. Kami tegaskan bahwa pencegahan konflik adalah tetap lebih baik daripada menyelesaikan konflik berdarah.
Apalagi yang ingin anda lakukan wahai kaum komunis Indonesia? Bagaimana kabar anda sekarang?
Semoga anda semua kaum komunis Indonesia yang menbaca artikel ini menjadi sadar betapa TNI, Polri, dan BIN sudah sangat bersabar dan memberikan anda kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia yang modern dan demokratis. Buanglah jauh-jauh ideologi komunisme, apa yang masih bermanfaat dari komunisme hanya sebagai pisau analisis dari kondisi sosial namun tidak akan laku dalam arena politik nasional Indonesia. Anda tetap dapat memperjuangkan egalitarianisme, kesetaraan sosial, keadilan, dan berbagai keberpihakan kepada rakyat tanpa komunisme.
Semoga bermanfaat.
Salam Intelijen
Senopati Wirang
Kiri oh Kiri
Sebuah Catatan untuk Gerakan Kiri Indonesia
Gerakan Kampungan Marxist Indonesia
Tentang Komunisme versus Liberalisme
Tentang Film the Act of Killing
Komunisme dan Ulang Tahun TNI
Disamping artikel-artikel tersebut kadangkala Blog I-I juga menyisipkan pesan-pesan kewaspadaan nasional terhadap ancaman radikal kiri yang pernah mengoyak persatuan nasional Indonesia.
Dalam artikel-artikel Blog I-I tersebut perlu kehati-hatian dalam membaca karena Blog I-I bukan semata-mata kritis terhadap mereka yang berideologi kiri, sosialis, komunis atau varian lainnya, melainkan juga konstruktif mendorong agar kaum kiri Indonesia dapat lebih cerdas dengan menanggalkan komunisme dan membangun ideologi khas Indonesia yang meskipun intinya berjuang demi rakyat wong cilik, namun lepas dari bayang-bayang kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tidak akan pernah dapat dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Mencermati perkembangan terkini, marilah kita renungkan sejenak catatan Blog I-I yang terbaru dalam menyapa komunisme Indonesia.
POLITIK dalam arti pertarungan memperbutkan kekuasaan dan cara mencapainya adalah sumber dari menguatnya pendefinisian ancaman oleh mereka yang berkuasa. Sudah puluhan tahun definisi ancaman radikal kanan RAKA (Islam) dan radikal kiri RAKI (Komunis) melekat kuat dibenak kita semua yang mengabdi kepada Republik Indonesia di bidang keamanan. Kita di TNI, Polisi, dan Intelijen telah dilatih secara khusus dengan uang pajak rakyat Indonesia untuk memelihara persatuan dan kesatuan Indonesia, melindungi dan mengayomi rakyat Indonesia dari berbagai ancaman. Salah satu definisi ancaman tersebut adalah ancaman ideologis yang hingga saat ini masih melanjutkan warisan sejarah tentang ancaman RAKA dan RAKI tersebut. Semua itu sangat inward looking dan terkait erat dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang mengalami konflik dari kedua kelompok tersebut. Akibatnya kadangkala kita lupa bahwa ancaman dari luar/asing dapat merembes melalui RAKA dan RAKI tersebut melalui proses rekayasa politik dan sosial yang canggih dan mendorong kita menjadi bangsa yang kejam saling membunuh karena perbedaa ideologi. Bahkan di era yang sudah demokratis sekalipun kerawanan dari perbedaan ideologi masih kuat dan dapat menciptakan suatu konflik yang berbahaya bagi keselamatan rakyat Indonesia.
Kepada anda yang merasa bagian dari kaum Komunis Indonesia perlu menyadari psikologis masyarakat Indonesia secara umum dan seluruh aparat keamanan Indonesia khususnya yang tidak akan dapat melepaskan persepsi ancaman komunis dari benak dan hati mereka. Itulah sebabnya Blog I-I sudah sangat lama mendorong kaum komunis Indonesia untuk mengabdikan keahliannya di bidang masing-masing dengan menanggalkan komunismenya. Betapapun kebebasan, HAM, dan sistem politik demokrasi memberikan ruang untuk berpendapat dan beraspirasi, namun sejarah hitam komunisme Indonesia tidak dapat dihapus begitu saja. Tentu anda kaum komunis akan beragumentasi balik: "kami kaum komunis Indonesia yang mengalami penindasan, penyiksaan, dan pembunuhan", anda juga akan bertanya: "mengapa justru kami yang harus diam dan menanggalkan komunisme?" Dengan klaim terjadinya pembunuhan massal, pengungkapan tragedi kemanusiaan, serta atas nama keadilan, anda sebagai kaum komunis tentu ingin membersihkan sejarah dengan versi yang anda yakini bukan? Masalah ini tidak sederhana dan mudah, sebagai manusia biasa seluruh jaringan Blog I-I paham dengan "kemarahan", "dendam" dan "kebencian" keluarga korban mereka yang terlibat PKI dan simpatisannya. Namun sekali lagi, persoalannya tidak sederhana karena hal ini terkait dengan keyakinan mayoritas rakyat Indonesia bahwa PKI berada dipihak yang salah dan jahat. Perlu diingat bahwa korban dari konflik ideologi ini bukan hanya dari pihak komunis melainkan juga merata kepada berbagai strata masyarakat Indonesia yang menjadi korban dari aksi brutal kelompok komunis seperti pembunuhan alim ulama di Jawa seperti peristiwa Madiun 1948. Namun yang lebih penting adalah historiografi cerita tutur dari orang-orang tua kita yang hidup di masa PKI masih ada dimana intimidasi PKI terhadap non-PKI sangat menegangkan dan bahkan diwarnai sejumlah insiden pembunuhan-pembunuhan yang merata khususnya di pulau Jawa.
Apa yang Blog I-I gambarkan adalah konflik ideologi, konflik politik, yang kemudian berpuncak pada konflik berdarah disebabkan oleh para pihak yang bertikai termasuk dari kaum komunis dan non-komunis khususnya TNI sebagai pelindung dan penyelamat bangsa Indonesia. Anda seluruh kaum komunis KALAH dalam konflik tersebut. Dalam sebuah dinamika konflik korban demi korban berjatuhan, entah berapa jumlahnya dan entah lebih besar ada di pihak mana menjadi tugas sejarahwan untuk menggalinya. Langkah-langkah yang ditempuh TNI diyakini oleh masyarakat Indonesia sebagai langkah yang tepat setidaknya dalam konteks masa itu. Bahwa kemudian tidak terjadi rekonsiliasi paska konflik adalah kebijakan Pemerintah Orde Baru paska pemberontakan PKI yang gagal tahun 1965. Pemerintah Orde Baru menganggap komunisme sebagai bahaya laten sekaligus dijadikan simbol musuh bersama bangsa Indonesia. Perhatikan kasus-kasus pemberontakan dimanapun di dunia yang selalu berakhir dengan korban jiwa dan pemenjaraan. Pemberontakan adalah penghianatan kepada bangsa sendiri dan tidak jarang dampak dari pemberontakan tersebut dampaknya tidak dapat diukur atau segera diatasi seperti terciptanya kebencian yang luar biasa kepada komunisme dalam kasus pemberontakan PKI. Apa yang ditempuh Pemerintahan Orba mungkin berlebihan dan menyebabkan keluarga PKI yang tidak terlibat ikut merasakan dampak kehidupan sosial ekonomi yang sulit. Namun sekali lagi lihat konteks sejarah dimana stabilisasi keamanan menjadi sangat penting bagi sebuah negara yang relatif masih muda. Bila saat itu ditempuh rekonsiliasi, mungkin konflik akan berkepanjangan dan bahkan PKI kembali dan konflik berulang lagi. Indonesia akan menjadi negara gagal bila terlalu banyak diwarnai konflik internal yang berkepanjangan. Memang akan terasa tidak adil bagi kaum komunis, tetapi mengapa anda berontak saat itu? Tanyakan kepada seluruh senior anda yang masih hidup, bukankah saat itu kaum komunis berpikir dan merasa cukup kuat sehingga dapat berkuasa?
Sekarang mari kita melihat kekinian yang jauh lebih baik dengan demokrasi dan penghormatan terhadap HAM. Meskipun Intelijen dan TNI masih memiliki seluruh catatan detil tentang kaum komunis dan keluarganya, tetapi anda semua dibiarkan bebas bahkan menduduki posisi-posisi yang cukup penting dan strategis. Kami memberikan kesempatan kepada anda kaum komunis untuk menatap masa depan dan menutup sejarah hitam. Tetapi sebagian dari kaum komunis justru memancing kembali konflik lama dengan secara atraktif memunculkan simbol-simbol komunis, secara tebuka menuntut penghapusan TAP MPR RI No 25 Tahun 1966, mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada menghidupkan kembali komunisme, serta secara terencana menciptakan opini publik baik nasional maupun internasional tentang kekejaman bangsa Indonesia khususnya TNI dan sejumlah ormas Islam terhadap kaum komunis. Mengapa anda tidak berpikir lebih cerdas lagi demi masa depan Indonesia? Anda kaum komunis sungguh-sungguh membuka pintu konflik yang sulit diatasi.
Pemutaran film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI merupakan cara kami jaringan Blog I-I bersama seluruh sahabat Blog I-I yang aktif untuk mengingatkan kembali bahwa kami tahu persis siapa anda kaum komunis Indonesia. Ingat, hal ini bukan untuk mempertajam konflik apalagi mengancam!
Apa yang kami lakukan semata-mata adalah demi meredanya konflik yang berakar dari perbedaan ideologi. Puji Tuhan bahwa seluruh institusi keamanan telah melakuka nonton bareng film G 30 S PKI tersebut, kami secara khusus mendorong TNI, Polri, BIN, hingga Presiden Jokowi pun akhirnya bersedia menonton film tersebut. Para penggiat HAM luar negeri dan dalam negeri telah mengkritisi hal tersebut dan menuduhnya sebagai stigmatisasi dan propaganda anti komunis. Kami tegaskan bahwa pencegahan konflik adalah tetap lebih baik daripada menyelesaikan konflik berdarah.
Apalagi yang ingin anda lakukan wahai kaum komunis Indonesia? Bagaimana kabar anda sekarang?
Semoga anda semua kaum komunis Indonesia yang menbaca artikel ini menjadi sadar betapa TNI, Polri, dan BIN sudah sangat bersabar dan memberikan anda kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia yang modern dan demokratis. Buanglah jauh-jauh ideologi komunisme, apa yang masih bermanfaat dari komunisme hanya sebagai pisau analisis dari kondisi sosial namun tidak akan laku dalam arena politik nasional Indonesia. Anda tetap dapat memperjuangkan egalitarianisme, kesetaraan sosial, keadilan, dan berbagai keberpihakan kepada rakyat tanpa komunisme.
Semoga bermanfaat.
Salam Intelijen
Senopati Wirang
Komentar
Posting Komentar