Pilkada DKI Jakarta: Sebuah Perang Intelijen
Sumber SwaraSenayan
Sebelum mengucapkan selamat kepada pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang baru, Blog I-I ingin mengucapkan selamat kepada komunitas intelijen resmi Indonesia, kepada Polri, dan TNI yang telah melaksanakan tugas dengan baik mengamankan proses pemungutan suara di berbagai TPS yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Blog I-I juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jaring dan sahabat Blog I-I yang selama ini memberikan masukan analisa baik secara logika akademis maupun ilmu kewaskitaan tingkat tinggi yang sekali lagi membuktikan ketepatan ramalan Blog I-I bahkan jauh sebelum para pollster mengumumkan hasil surveinya. Tentu saja Blog I-I juga menyampaikan selamat kepada paslon Anies/Sandi atas keberhasilan menjadi gubernur dan wakil gubernur yang baru, serta berpesan: tepatilah janji-janji anda, jadilah gubernur dan wakil gubernur untuk seluruh warga Jakarta; jadilah pemimpin yang amanah, profesional, tegas; dan wujudkanlah harapan masyarakat Jakarta. Perlu dicatat: meskipun sejumlah artikel Blog I-I dapat diterjemahkan secara keliru sebagai dukungan politik kepada salah satu paslon, semua yang Blog I-I sampaikan adalah tetap berada diatas sikap dasar intelijen NETRAL dalam kompetisi politik di tanah air tercinta Republik Indonesia.
Betapapun seringnya Blog I-I secara tepat meramalkan masa depan, semua adalah atas izin Allah SWT Yang Maha Kuasa. Betapapun pihak-pihak yang mendzalimi, memusuhi Blog I-I telah jatuh hancur bahkan sebagian menjadi sakit, hal itu bukan karena dendam atau do'a yang buruk dari segenap komunitas Blog I-I, melainkan hanyalah refleksi dari pembersihan diri kita masing-masing dari prasangka buruk dan pikiran-pikiran negatif. Kebaikan dan keburukan kita adalah milik kita sendiri, namun ketika melukai dan menyakiti yang lain akan kembali bagaikan bumerang yang tajam menghabisi diri kita sendiri. Marilah kita senantiasa berlindung dari pikiran negatif dan prasangka buruk.
Artikel kali ini adalah sebuah flashback terkait Pilkada Jakarta yang dalam sejumlah analisa Blog I-I yang dapat diilustrasikan sebagai perang intelijen.
Pada 18 November 2016 Blog I-I mengangkat analisa berjudul Politik, Agama dan Intelijen yang juga dikaitkan dengan pilkada Jakarta, dimana menegaskan hubungan antara agama dan politik di Indonesia adalah merujuk kepada Pancasila yang dijiwai nilai-nilai religi sebagaimana tercermin dalam prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah menelanjangi "analisa kampungan" dari BIN, TNI dan Polri dalam menyikapi demonstrasi kasus "penistaan agama" yang diperoleh dari staf Presiden Jokowi kepada jaringan Blog I-I, dirasa perlu untuk memberikan peringatan kepada segenap aparat keamanan untuk menyadari kekeliruan analisanya. Hanya TNI yang mendengarkan masukan Blog I-I dan mengambil sikap yang lebih profesional dan berhati-hati, sementara BIN berada ditengah-tengah kegamangan karena sabotase analisa internal organisasi yang menyebabkan Kepala BIN Budi Gunawan tampak seperti pimpinan intelijen amatiran, sedangkan Polri kebablasan menjadi insitusi "Asal Bapak Senang" dengan skenario rekayasa makar. Secara sederhana: blunder politik pernyataan Ahok --> berubah menjadi ketegangan sosial politik bernuansa SARA yang meluas ke seluruh nusantara. Blog I-I tidak dapat berpangku tangan menyaksikan kerusakan harmoni hubungan sosial karena kasus kecerobohan Ahok tersebut. Silahkan dibaca kembali dan simak secara hati-hati maksud dan tujuan analisa Blog I-I dalam mendudukan persoalan pada tempatnya.
Pada 20 November 2016, Blog I-I mempublikasikan analisa Mencegah Kehancuran Indonesia Raya terkait propaganda salah arah dan salah sasaran yang mengangkat tema intoleransi agama dan ras. Propaganda tersebut sesungguhnya diperlukan bagi bangsa yang multikultural seperti Indonesia, namun karena ditunggangi kepentingan politik membela Ahok yang tersandung kasus penistaan agama, maka menjadi keliru waktu dan tempat. Melabelkan para penuntut keadilan dalam kasus penistaan agama dengan intoleransi apalagi radikalisme adalah suatu fitnah keji karena dalam data analisa Blog I-I, mayoritas yang bergerak dalam demonstrasi Aksi Bela Islam adalah murni ketersinggungan umat Islam (tanpa membedakan umat atau aliran yang mana). Adapun bahwa FPI dkk berada di garda depan hanyalah suatu keniscayaan karena karakter pemimpin, kelompok dan komunitas FPI yang lebih frontal sesuai dengan namanya sebagai sebuah Front Pembela Islam. Sementara di belakangnya adalah gabungan dari kalangan Ahlul Sunnah wal Jama'ah (aswaja) baik dalam tradisi NU maupun yang modern, intelektual Islam dari kalangan Santri, organisasi Islam yang besar namun tidak secara terbuka mengatasnamakan organisasi seperti Muhammadiyah dan NU, seluruh Partai-Partai Islam (termasuk PKB dan PPP) meski bermuka dua, dan berbagai ormas Islam seperti HTI, dll. Seperti disampaikan penasihat spiritual Blog I-I, bahwa sepanjang umat Islam Indonesia rajin membaca Al Quran setiap hari, mereka akan terhindar baik dari radikalisasi kekerasan maupun sikap munafik melacurkan diri untuk uang maupun kekuasaan. Blog I-I mengungkapkan secara lengkap kronologi dan pemetaan kasus termasuk rekayasa "makar" yang dapat dianggap sebagai strategi yang sangat prematur. Pada tahap ini, Blog I-I telah meramalkan 100%, bahwa pasangan Ahok/Djarot pasti kalah. Tanpa bermaksud mendahului ketentuan Tuhan YME, analisa Blog I-I adalah berdasarkan pada gerak denyut sosial politik masyarakat. Dalam artikel ini juga, Blog I-I mengungkapkan adanya propaganda jahat yang digerakkan intelijen (entah yang mana?) dengan nama SEWORD. Mengapa propaganda hitam dan jahat SEWORD perlu diungkap dan dikritisi? Hal ini tidak lain karena pengelolanya siapapun dia tidak mengerti dan tidak mampu mengukur dampak dari propagandanya sendiri. Dengan sedikit keahlian mengolah kata dan data, SEWORD dengan sangat tendensius dan provokatif justru menyebarluaskan kebohongan dan mempertajam konflik sesama anak bangsa. Silahkan dibandingkan dengan analisa Blog I-I. Setelah menganalisa isi dari SEWORD, komunitas Blog I-I sepakat untuk meningkatkan analisa-analisa yang obyektif, dapat dipertanggungjawabkan serta bahkan akhirnya terbukti menjadi kenyataan yang kita saksikan sekarang.
Hampir sempurna proses conditioning perpecahan bangsa Indonesia karena para pihak yang berkompetisi dalam pilkada serentak secara umum dan khususnya di Jakarta menjadi semakin emosional, terlebih untuk pilkada Jakarta hampir selalu dikaitkan dengan Pilpres 2019. Alhamdulillah, puji Tuhan bahwa karena karakter umum demonstran Aksi Bela Islam I, II dan III adalah murni menuntut keadilan maka aksi protes secara umum berjalan tertib dan relatif aman terkendali meski ada sedikit insiden pada Aksi Bela Islam II.
Pada 22 November 2016 Blog I-I kembali memuat analisa terkait Pilkada Jakarta dengan judul Pencegahan Makar yang meskipun setuju dengan bahaya makar, Blog I-I sangat kritis terhadap Polri dan secara serius menghimbau agar Polri dan aparat keamanan lainnya seperti TNI dan Intel memanfaatkan teknologi tinggi untuk monitoring seluas-luasnya dalam deteksi dini terhadap provokator jahat yang ingin menciptakan konflik. Artikel tersebut disambung dengan artikel Klarifikasi Tentang Potensi Makar untuk memperjelas artikel sebelumnya. Hal ini guna menghindari pandangan bahwa Blog I-I yang menyarankan skenario rekayasa makar kepada Polri. Sebagai pihak pertama yang mengemukakan bahaya makar, Blog I-I merasa perlu memberikan pandangan yang semoga dibaca aparat keamanan. Maksud dan tujuannya juga jelas, yakni agar aparat keamanan dapat secara tepat membidik pihak-pihak yang terbukti membahayakan keamanan negara dan bukan melakukan rekayasa penangkapan dengan bukti yang kurang kuat.
Pada 25 November 2016, artikel berjudul Khittah Blog Intelijen Indonesia menegaskan netralitas Intelijen dalam kontestasi pemilu baik pada level nasional maupun lokal. Pada saat itu, Blog I-I telah menerima masukan adanya gerakan intelijen memenangkan salah satu paslon yakni Ahok/Djarot serta terjadinya sejumlah pergeseran di tubuh BIN yang semakin meminggirkan intelijen sipil profesional dan kecenderungan analisa intelijen yang sembrono dan tidak mampu melihat masa depan. Tentu saja Blog I-I tidak langsung percaya dan melakukan sejumlah klarifikasi terlebih dahulu.
Kemudian Blog I-I juga memberikan peringatan kepada Polri agar berhati-hati dengan jebakan makar serta mengingatkan pentingnya monitoring dengan alat teknologi dalam mengumpulkan bukti-bukti seandainya dugaan makar terbukti.
Pada 26 November 2016, Blog I-I mengeluarkan peringatan Waspada Ancaman Teror yang pada bagian awal tulisan sedikit menyinggung tentang radikalisasi agama, aksi bela Islam dan sikap Polri dan Blog I-I memutuskan untuk berhenti sejenak dalam menganalisa dinamika Jakarta. Tentunya sesuai judul, Blog I-I tetap mengemukakan peringatan ancaman teror yang telah direspon dengan sangat baik oleh Densus 88.
Sejak minggu kedua Januari 2017, Blog I-I tiba-tiba diblokir internet positif tanpa alasan yang jelas dan diperkirakan merupakan masukan dari aparat keamanan dan yang pasti bukan dari jajaran TNI. Apakah karena kritik Blog I-I yang terlalu keras terhadap BIN dan Polri? Ataukah karena dinamika pilkada dimana Blog I-I menegaskan posisi NETRAL, atau mungkin karena semuanya, silahkan ditanyakan langsung kepada pihak yang memerintahkan blokir Blog I-I.
Sesuai janji, tiga bulan kemudian yakni pada 2 Februari 2017, dengan sangat terpaksa Blog I-I mengangkat analisa Perang Intelijen Pilkada DKI Jakarta 2017 karena data-data keterlibatan intelijen dan Polri yang kurang seimbang/netral yang mendorong Blog I-I menggerakan seluruh jaringan untuk menyeimbangkan dinamika sosial politik Jakarta dan memastikan warga Jakarta tidak terganggu oleh propaganda sesat intoleransi dan kebhinnekaan. Walaupun sungguh kampanye intoleransi dan kebhinnekaan sangat relevan dan penting untuk Indonesia, namun karena secara khusus dikemas untuk mendukung Ahok/Djarot, maka Blog I-I terpaksa bergerak. Dalam konteks tersebut jelas Blog I-I membuka front perang intelijen melawan mereka yang menjadi "Yes Men" Presiden ke-5 Megawati dan Presiden Jokowi. Mohon ma'af sekali lagi, bahwa BIN, POLRI dan TNI harus NETRAL dari pertarungan politik kekuasaan. Ketika tercium langkah-langkah aparat keamanan yang menyimpang yang tampak jelas dalam rekayasa makar, maka serentak komunitas Blog I-I bergerak menjadi penyeimbang untuk rakyat Indonesia. Hampir saja Blog I-I tergoda dan terjebak dalam pembocoran rahasia negara dengan pengungkapan dokumen-dokumen dan analisa serta rencana-rencana, namun puji Tuhan hal itu tidak terjadi dan peringatan Blog I-I cukup efektif.
Pada 2 Februari 2017, artikel Dinamika Toleransi dan Politik Radikal di Indonesia dipublikasikan sebagai bahan kajian bahwa betapa demi kekuasaan, wacana toleransi, intoleransi dan radikalisme dikemas sedemikian rupa semakin mempertajam sikap saling curiga. Andaikata Presiden Jokowi dalam menginstruksikan pembentukan satgas intoleransi dan memerintahkan aparat keamanan untuk waspada intoleransi tidak dalam konteks memenangkan Ahok/Djarot, 100% seluruh komunitas Blog I-I akan mendukungnya. Namun kebijakan Presiden Jokowi tersebut adalah blunder politik terbesar dan bagaikan menaburkan benih permusuhan dengan umat Islam dan menyuburkan radikalisasi. Keseluruhan proses kriminalisasi ulama, pembatasan ruang gerak FPI, tidak dirangkulkan kelompok Islam yang relatif lebih keras seperti FPI dkk, rekayasa makar telah menyebabkan kelompok Islam moderat terdidik kehilangan kepercayaan kepada Presiden Jokowi. Apabila oposisi mampu melakukan kapitalisasi dari blunder politik PDI-P dan Presiden Jokowi tersebut, maka hari ini tanggal 19 Januari 2017 Blog I-I berani meramalkan kekalahan Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019. Hal ini tentunya tidak mudah dan memerlukan kerja keras, komitmen, dan konsistensi dalam merangkul berbagai lapisan masyarakat yang mulai melihat kelemahan-kelemahan pemerintahan Jokowi/JK dan menjadi turun kepercayaannya.
Pada tanggal yang sama 2 Februari 2017, Blog I-I membedah operasi intelijen penyadapan Presiden ke-6 SBY yang merupakan blunder terbesar yang dapat menyebabkan kepercayaan kepada pemerintah semakin menurun. Kebocoran penyadapan Presiden ke-6 SBY tersebut terjadi dari mulut besar Ahok dan pengacaranya Humprey Djemat, sebuah blunder luar biasa yang secara teori dapat menjatuhkan Presiden Jokowi namun berkat jiwa besar SBY dan pendukungnya maka masalah penyadapan yang sangat tidak etis tersebut tidak diperpanjang.
Kriminalisasi dan fitnah terhadap Habieb Rizieq, upaya Polisi mengkaitkan Anies dengan kasus korupsi dan Sandiaga Uno dengan sengketa bisnis, serta rekayasa makar ke -2 semakin memperkuat simpati publik kepada pasangan Anies/Sandi dan yakin bahwa pemerintah melakukan sesuatu yang tidak etis dengan berbagai rekayasa yang tidak perlu.
Pada 10 Februari 2017, Blog I-I terpaksa mengumumkan adanya operasi intelijen memenangkan Ahok dengan kode sandi: Old Town. Walaupun Blog I-I tidak dapat mengungkapkan dokumen resmi sebagai bukti, Blog I-I yang tetap menyimpan baik-baik seluruh bukti untuk mencegah pihak-pihak yang ingin menghancurkan Blog I-I. Dalam artikel ini, Blog I-I yang cukup yakin paslon Anies/Sandi akan menang secara jujur dan adil merevisi ramalan dengan analisa kemenangan Anies/Sandi menjadi 50-50. Sebenarnya operasi amatiran intelijen tersebut sesungguhnya justru menggerogoti elektabilitas Ahok/Djarot yang tidak terdeteksi oleh polling sehingga selisihnya menjadi sangat jauh.
Pada 15 Ferbruari 2017, Blog I-I mempublikasikan proyeksi head to head Ahok/Djarot vs Anies/Sandi berdasarkan pada analisa-analisa sebelumnya dengan memasukkan perkiraan angka-angka berdasarkan data-data dari jaringan Blog I-I cabang Jakarta (tanpa survei yang ketat secara akademis). Hal ini tentu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, namun demikian perkiraan adalah tetap perkiraan apakah dengan dukungan statistik yang terukur ataukah berdasarkan penterjemahan makna dinamika sosial politik dan trend dan data sample yang random yang ditarget berdasarkan penentuan awal gerak dinamika masyarkat berdasarkan isu. Blog I-I memperkirakan kemenangan Anies/Sandi dengan angka 49,20% dan Ahok/Djarot 43,10% serta swing voter 7,7%.
Polling terakhir pilkada Jakarta putaran 2 memulihan kepercayaan masyarakat kepada LSI Denny JA dan merontokkan kepercayaan masyarakat kepada Charta Politica Yunarto Wijaya yang "nekat" memenangkan Ahok/Djarot dalam pollingnya. Sementara lembaga survei lainnya seperti SMRC, Indikator, polmark, Median, dapat dikatakan tetap menjadi lembaga survei rujukan terpercaya walaupun polling terakhirnya relatif agak meleset dari margin of error -nya.
Hacking website KPU dengan teknis sederhana DDOS dan pengungkapan kelemahan keamanan server KPU yang hingga saat ini masih mudah ditembus oleh ahli IT Blog I-I hanyalah sebuah peringatan agar dana IT KPU dapat disalurkan untuk pemakaian teknologi yang tepat, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan. Artikel dipublikasikan pada 16 Februari 2017.
Vakum selama bulan Maret 2017 merenungkan dan mendiskusikan pada level elit Blog I-I apakah sebaiknya Blog I-I menghentikan kegiatan tulis-menulis dan membubarkan seluruh jaringannya ataukah tetap hidup dalam blokir rejim Jokowi/JK akhirnya diakhiri dengan menyapa Jakarta dan menyapa BIN.
Sedemikian banyak perhatian Blog I-I kepada isu pilkada Jakarta, sampai-sampai tidak ada yang sempat menulis tentang ketegangan di Syria, Semenanjung Korea, Afghanistan, Brexit Inggris dari Eropa, Executive Orders Presiden Trump, Strategi Russia, Terorisme Internasional dengan sederhana menabrakan kendaraan kepada sasaran di Perancis, Jerman, Inggris, Swedia, serta perkembangan energi dunia, ekonomi, perdagangan internasional, operasi intelijen di berbagai wilayah konflik dan lain sebagainya. Semuanya sementara menjadi kurang penting bagi Indonesia karena pada akhirnya kita harus memelihara keadaan aman di tempat terdekat kita. Bagi Indonesia, Jakarta sangat penting dijaga stabilitas dan keamanannya, kemenangan Anies/Sandi adalah pilihan masyarakat Jakarta. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa masukan-masukan analisa Blog I-I dasarnya adalah obyektifitas dan bukan mempromosikan salah satu paslon. Nada-nada religiusitas Islam dalam artikel Blog I-I berdasarkan dari bahan keterangan yang diamati dan dicatat langsung oleh jaring Blog I-I dan bukan propaganda memenangkan salah satu paslon. Pada akhirnya pahit-manis dari pesta demokrasi ditentukan oleh suara terbanyak dan kedewasaan kita dalam menerima hasil pesta demokrasi tersebut adalah modal kuat untuk stabilisasi paska pemungutan suara. Sebagaimana layaknya sebuah pesta, kita semua harus mau rela bahu-membahu membersihkan prasangka dan pikiran negatif kita yang mungkin dominan pada saat kampanye dan menjelang pemilihan. Mengakhiri rangkaian artikel terkait pilkada DKI Jakarta, Blog I-I ingin mengumumkan bahwa perang intelijen pilkada Jakarta telah selesai, serta mengingatkan kembali kepada pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam mewacanakan intoleransi dan kebhinnekaan secara keliru, bangunlah wacana kebhinnekaan tersebut sungguh-sungguh dalam nuansa yang umum serta tidak membidik kepada salah satu kelompok masyarakat atau keyakinan beragama. Blog I-I juga mohon ma'af sekiranya ada cara penyampaian analisa Blog I-I yang kurang berkenan, baik dalam pemilihan kata maupun dalam nuansa makna yang mungkin dirasakan tendensius.
Salam Intelijen.
Senopati Wirang
Komentar
Posting Komentar