Rabu 7 September 2004 - Intelijen Tetap Ingat

Setiap tahun pada tanggal 7 September, aktivis HAM, kalangan masyarakat madani, keluarga dan sahabat Munir Said Thalib memperingati wafatnya Munir karena diracun. Beberapa narasi kampanye yang selalu dikumandangkan terkait kasus Munir adalah "Melawan Lupa" "Masih Ingat" "Merawat Ingatan" "Menolak Lupa" dan lain sebagainya yang intinya bahwa peristiwa tragis kematian Munir menjadi sebuah "peringatan" yang dianggap penting untuk selalu diingat. Tahun ini seperti biasa di tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 2005, jaringan Blog I-I juga selalu ikut serta dalam "peringatan" kematian Munir sebagai pengingat untuk diri sendiri maupun komunitas intelijen secara umum. Blog I-I pernah menyampaikan sejumlah petunjuk yang sangat samar tentang bersihnya institusi intelijen (BIN) dari kasus Munir pada periode 2005-2007 ketika kasus tersebut sedang hangat-hangatnya. Mengapa BIN dapat dikatakan bersih?



Salah satu hal yang dilupakan oleh banyak pihak adalah bahwa organisasi intelijen sangatlah kompleks dalam operasionalisasinya. Mayoritas anggota intelijen saling tidak mengetahui pekerjaan anggota intelijen yang lain atau yang sering dikenal dengan istilah kompartementasi. Masih bagus apabila ketidaktahuan tersebut adalah sesama anggota intelijen organik dan bukan agen luar institusi. Dalam prakteknya sangatlah wajar apabila terjadi penggunaan agen luar institusi (outsourcing) contohnya apa yang dialami oleh Pollycarpus yang jelas-jelas bukan anggota BIN sebagaimana secara tegas dinyatakan oleh Kepala BIN Marciano Norman.


Kekeliruan terbesar mereka yang mencari keadilan dalam kasus Munir adalah membidik BIN sebagai institusi, seolah-olah pembunuhan terhadap Munir adalah operasi intelijen dalam hal ini BIN. Pendekatan tersebut sangat keliru dan menyebabkan jaringan intelijen yang bersih menjadi kurang memihak kepada para aktivis dan pihak-pihak yang ingin mengungkapkan kebenaran kasus Munir. Bahkan Blog I-I pun mendapatkan permintaan untuk melindungi kredibilitas dan  nama baik BIN sehingga artikel-artikel Blog I-I pada tahun 2005-2007 menjadi berat sebelah kepada institusi BIN. Namun demikian, jaringan Blog I-I tidak akan pernah melupakan Munir yang sesungguhnya adalah juga sahabat Blog I-I dalam mendorong terjadinya reformasi intelijen dengan mengedepankan profesionalisme. Seandainya sejak awal para aktivis sadar dengan segera memisahkan institusi BIN dari individu yang berlindung dibalik BIN, mungkin ceritanya akan lain. Namun saat ini sudah terlambat, dan akan teramat sulit untuk membuka kembali kasus Munir melihat kepada trend perkembangan dan bukti-bukti baru semakin tenggelam dalam jalannya waktu. 

Kasus pembunuhan dengan racun amatlah sulit untuk diungkapkan tanpa adanya bukti keras yang terbukti berada ditangan tersangka, terlebih seiring dengan waktu yang berlalu. Perhatikan bagaimana berjalannya sidang dalam kasus terkini seperti kasus Mirna-Jessica-Racun Kopi yang tampak berjalan panjang dan alot, karena Hakim memerlukan bukti-bukti yang sangat meyakinkan guna mencegah terjadinya pengambilan keputusan yang keliru dalam menegakkan keadilan.

Komunitas Intelijen Indonesia tetap ingat sahabat Munir, dan bukan karakter Intelijen Sipil seperti BIN untuk menempuh jalan pembunuhan dalam penyelesaian masalah. Berbagai kisah sukses BAKIN di masa saya aktif bahkan lebih banyak diwarnai persahabatan dan jaringan informasi untuk kepentingan nasional dan rakyat Indonesia. Dalam operasi intelijen di bekas propinsi Timor Timur, intelijen sipil dan militer berwatak sipil tidak pernah bawa senjata karena yang diperlukan adalah pemahaman atas jerit tangis rakyat Timor Timur, demikian juga dengan Aceh dan Papua, bahkan kepada kalangan teroris. Namun operasi model tersebut dianggap terlalu lama dan membuang waktu, sementara prestasi tidak akan pernah kelihatan secara nyata. 

Bagi komunitas intelijen Blog I-I, kematian Munir yang merupakan sahabat Blog I-I melalui salah satu jaringan reformasi intelijen merupakan peristiwa yang menjadi sangat kontra produktif dan menjadi pil pahit jaringan dimana seluruh informasi dan akses yang pernah dibahas dengan almarhum Munir untuk mengungkapkan kejahatan kemanusiaan menjadi musnah. Hal yang lebih menyedihkan lagi adalah bahwa kalangan aktivis dan masyarakat secara umum memiliki pandangan negatif atau sikap antipati kepada intelijen khususnya BIN.

Blog I-I hanya ingin berbagi pandangan bahwa ketika sahabat-sahabat aktivis  mengkampanyekan untuk terus mengenang Munir dari tahun ke tahun, komunitas intelijen yang murni dan profesional juga mengenang dan mendo'akan almarhum. Pada akhirnya kita semua adalah anak bangsa Indonesia yang berjuang untuk Indonesia yang lebih baik. Mohon kiranya kepada seluruh jaringan aktivis pembela HAM, civil society, serta pada tokoh yang berkepentingan dapat memahami kondisi obyektif para telik sandi dalam kesunyian pekerjaan mengumpulkan informasi dan menganalisa dinamika ancaman terhadap Indonesia. Mayoritas intelijen Indonesia bahkan tidak mengerti duduk perkara atau persisnya apa yang terjadi dalam kasus Munir, namun tetap menanggung "tuduhan" secara umum intelijen berada dibalik kematian Munir. Semoga peringatan kematian Munir tidak menjadi proses kristalisasi kebencian kepada Intelijen Indonesia.

Intelijen Tetap Ingat
Senopati Wirang






Komentar

Postingan Populer